Laman

Senin, 09 Desember 2013

Hari ke 6: Ketakutan (mungkin) Butuh Alasan

Hai!

Beberapa hari yang lalu aku sudah pernah membagi hal-hal yang aku senangi, sekarang aku ingin membagikan kebalikannya, yaitu hal-hal yang aku takuti. Kalau dipikir-pikir, bisa dibilang aku tidak memiliki ketakutan yang amat sangat akan sesuatu atau yang sering orang bilang dengan phobia. Ketakutan yang aku alami ini hanya perasaan refleks yang muncul untuk memberikan respon tentang sesuatu yang tidak dapat diterima oleh pikiran dan perasaanku. Yang seperti ini namanya ketakutan kan? 



Pertama, aku takut pada penguntit. Setiap kali mengendarai sepeda motor sendiri, aku akan lebih sering melihat spion motorku untuk memastikan bahwa tidak ada orang yang membuntutiku dari belakang. Karena jika itu terjadi, pikiran-pikiran burukku akan segera bekerja dan membuatku merasa ketakutan. Aku takut kalau tiba-tiba orang yang di belakangku itu menodongkan senjata ke arahku, aku takut kalu tiba-tiba dia merampas tasku, aku takut kalau tiba-tiba dia menyerempet dan membuatku terjatuh, dan ketakutan-ketakutan lain yang selalu liar di kepalaku. 

Pernah kejadian, waktu itu aku pulang dari mengajar privat sekitar pukul 8 malam. Jam-jam segitu jalan menuju rumahku yang notabene melewati hamparan sawah seperti yang pernah aku tunjukkan di sini, sudah lumayan sepi. Dulu malah di jalan sepi itu sering terjadi penjambretan. Nah, waktu perjalaan pulang itu, hatiku was-was tidak karuan. Aku memacu sepeda motorku kencang sekali. Tiba-tiba, waktu aku melihat spion motorku, tepat di belakangku ada motor yang berjalan mengiringiku. Aku semakin deg-degan dan refleks motorku aku pacu semakin kencang. Setiap kali aku melihat ke spion, orang itu masih ada tepat di belakangku. Karena di jalan tidak ada penerangan sama sekali, aku tidak dapat melihat wajah pengendara di belakangku itu. Sampai akhirnya tiba di gang rumahku, sudah mulai ada penerangan di sini. Dan akhirnya aku dapat melihat wajah si penguntit itu. Alamak! ternyata dia Bapak! Bapakku! Ooohh, lega rasanya. Setelah sampai di rumah, dan aku konfirmasi ke bapak, ternyata beliau tadi mengkhawatirkanku, jadi beliau menungguku di persimpangan jalan. Katanya beliau sudah menghubungi ponselku beberapa kali tapi tidak ada jawaban. Ooooh, Bapak, ternyata si penguntit itu adalah Bapak yang mengawal anaknya. Ternyata ketakutanku dan pikiran-pikiran negatifku itu tidak terbukti. Hehehe.

Kedua, aku takut pada benang layangan. Sebenarnya ini lebih karena miris, bukan ketakutan. Hal ini aku alami semenjak Bapak mengalami kecelakaan gegara benang layangan. Dulu mulut Bapak pernah "sobek" dan mendapatkan beberapa jahitan karena tersangkut benang layangan waktu sedang berkendara di jalan. Membayangkan mulut bapak mengenai benang layangan dan kemudian tertarik hingga ke pipi itu membuatku merasa sangat miris. Dan semenjak itu, setiap kali melihat benang layangan aku teringat kembali peristiwa kecelakaan Bapak.

Ketiga, aku takut pada petir. Aku pernah terkena percikan petir! Entahlah. Aku sendiri juga antara percaya dan tidak. Hujan lebat, petir menyambar-nyambar, dan naik motor (lagi). Rasanya itu seperti tersengat aliran listrik. Tiba-tiba terdengar gemuruh yang menggelegar dan disertai dengan kilatan petir tidak jauh dari tempatku berjalan. Dan tangan kiriku yang memegang stang motor refleks mengibas ke atas karena merasa ada sengatan listrik. Oh! Itu merupakan pengalaman yang terlupakan! Dan membuatku semacam trauma hingga sekarang.

Keempat, aku menghindari hewan-hewan hama, seperti tikus dan kecoa. Hewan-hewan itu membuatku ingin menjauh dan bersembunyi dari mereka. Aku tidak ingin dekat-dekat dengan mereka. Titik.

Dan kelima, aku takut pada hantu. Apapun jenisnya, aku takut. Aku bukan salah satu orang yang memiliki indera keenam yang terbiasa melihat hal-hal seperti itu. Yaa meskipun aku belum memiliki pengalaman secara langsung dengan hantu (dan mudah-mudah tidak pernah), aku bisa mengatakan bahwa aku takut mereka. Melihat penampakan mereka di film-film saja sudah membuatku ketakutan, apalagi kalau harus berhadapan langsung. Aku tidak bisa membayangkan apa yang harus aku lakukan. Semoga hal ini tidak pernah terjadi.

Baiklah, dari ketakutanku yang pertama, kedua, ketiga, keempat, dan kelima, mana yang menurut kalian paling logis? Hahaha. Ada yang mengalami ketakutan yang sama atau ketakutan yang lain? Share yuk!

4 komentar:

  1. hahaha.. lucu,.. alamak ternyata bapakmu sendiri yang ngikuti dari belakang.. aku kira pengalaman sungguhan..

    kalau hantu mah semua orang takut,.. benang layangan untuk ga pernah pengalaman nyangkut, paling banter nyangkut di dahan pohon kemudian layangannya terbang sendiri.
    tapi sekarang bapakmu sudah sembuh kan??

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehehe, iya tuh, waktu itu juga udah deg-degan banget, sampe ngos-ngosan juga. Nggak taunya bapak. Hahahaha
      Bapak udah sembuh kok, itu kejadian udah lumayan lama juga sih, beberapa tahun yang lalu.

      Hapus
  2. benang layangan... hahaha... malah itu mainan saya waktu jaman kecil dulu wakakakak..

    btw kalo ada waktu main di blogku juga yah
    rainbowmaniswriting.blogspot.com

    BalasHapus
    Balasan
    1. Miris lihatnya :/
      sudah, sudah saya follow juga. keep writting ya!

      Hapus

Pembaca Dermawan nulis komentar, Pembaca Sopan follow Ulfah Mey Lida's Blog, Pembaca Budiman nulis komentar dan follow Ulfah Mey Lida's Blog.