Laman

Rabu, 11 Desember 2013

Hari ke 7: Seandainya Aku Farhat Abbas

Hai!

Mohon perhatian sebentar, apa yang akan kalian baca dalam tulisan ini semuanya murni imajinasi dan hasil pengandaianku semata. Jadi tidak perlu kalian masukkan ke hati, pikiran, atau bahkan ke jiwa. Jika ada kesamaan profesi, istilah, maupun kejadian, semuanya hanyalah kebetulan semata. 

Beberapa waktu yang lalu dunia pertelevisian kita diwarnai oleh seorang pengacara over percaya diri yang bersitegang dengan berondong cakep Al. Di sini ada yang pendukungnya si pengacara itu? Aku berharap ada, karena kali ini aku akan bertransformasi menjadi seorang Farhat Abbas. 

Ssshhhh.. Izinkan aku menghempaskan nafas sejenak.



Seandainya aku Farhat Abbas, rasanya aku sudah kenyang sekali mendapatkan berita heboh dari infotainment. Aku bosan menerima respon atas keberanian dan kejujuranku berbicara. Kalau aku Farhat Abbas, lebih baik aku warnai hari-hariku dengan hal lain yang belum pernah aku jalani sebelumnya agar sifat berani dan jujurku ini bisa mendapatkan respon yang lebih baik. Aku ingin mencoba mengabdikan diri di daerah terpencil di wilayah Indonesia. 

Dengan mengombinasikan ilmu yang aku miliki dan sifat beraniku, aku bisa mendedikasikan diri sebagai seorang pendidik. Di daerah-daerah terpencil masih minim sekali tenaga pendidik yang mengantongi bekal ilmu yang memadai. Jadi nanti selain membantu mengajar siswa-siswi, aku juga akan membagikan ilmu pengetahuanku kepada guru-guru di sekolah itu agar khasanah keilmuannya bisa bertambah. Dengan begitu, sifat beraniku justru memberikan manfaat positif bagi orang lain. Dan ilmu dalam kantong memoriku juga dapat aku gunakan untuk memahamkan orang lain.

Mata pelajaran yang mungkin bisa aku ampu antara lain: Bahasa Indonesia, olahraga, dan kesenian. Pada pelajaran Bahasa Indonesia nanti aku bisa mengajarkan cara berimajinasi yang baik. Menulis cerpen misalnya, aku bisa memberikan contoh cerita pendekku yang cukup menarik tentang kekonyolan seorang anak bersama seorang pengacara ternama. Selain itu, di pelajaran Bahasa Indonesia aku juga dapat memberikan motivasi kepada siswa agar berani berbicara di depan orang banyak. Biasanya siswa-siswi itu malu atau tidak percaya diri ketika berbicara di depan orang banyak. Mungkin nanti aku bisa menunjukkan kepiawaianku berbicara menanggapi berbagai pertanyaan wartawan infotainment. Dengan menghadirkan contoh yang realistis seperti itu, mereka akan lebih termotivasi. Itu menurut pendapatku.

Pada pelajaran olahraga, aku akan mengajarkan kepada mereka sebuah senam baru yang aku beri nama senam pocong. Senam ini berguna untuk kebugaran tubuh. Selama seminggu penuh mereka telah bekerja keras menuntut ilmu, pasti membutuhkan refresging untuk menyegarkan tubuh dan pikiran kembali. Nah, salah satu caranya yaitu dengan senam pocong. Jadi nanti sebelum memulai pelajaran olahraga, aku akan mengajak mereka untuk melakukan senam pocong gun menyegarkan pikiran dan tubuh mereka kembali. 

Dan di pelajaran kesenian nanti aku ingin membebaskan siswa-siswi mengekpresikan diri mereka. Aku ingin melihat keberanian mereka dalam berimajinasi. Setelah itu aku akan menilai kejujuran mereka dalam berekspresi menuangkan imajinasinya tadi. Dengan begitu, generasi-generasi penerus bangsa akan memiliki mental yang pemberani dan jujur. 

Emmmmm.. Apalagi yang bisa aku lakukan seandainya aku Farhat Abbas ya? Ada usul? Tulis di comment box please!


NB: Aku mengucapkan terima kasih kepada para voters yang sudah membantu memilih Farhat Abbas di poolingku kemarin. Pilihan kalian membunuhku guys! Tapi aku senang bisa menuliskan ini. Semoga kalian suka ya. :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pembaca Dermawan nulis komentar, Pembaca Sopan follow Ulfah Mey Lida's Blog, Pembaca Budiman nulis komentar dan follow Ulfah Mey Lida's Blog.