Laman

Kamis, 30 April 2015

Disapa Tuhan di Penghujung Bulan

Hai!

Selamat Malam!

Banyak kisah tak tersampaikan pada April tahun ini. Satu bulan yang teramat melelahkan. Rasanya seperti rangkuman beberapa elemen kehidupan. Termasuk "sapaan" dari Tuhan.

Tak pernah terbayangkan bahwa Tuhan sesayang ini padaku. Dalam sekali tepuk, sapaan itu membekas di hati dan ingatan. Luar biasa. Aku bahkan hampir tak mampu mengangkat kepala. Dia begitu berwibawa dalam menyapa.

Bisa jadi selama ini aku terlalu angkuh di mataNya. Sampai Dia harus menyapaku dengan sedemikian rupa. Seperti hujan yang selalu kembali ke lautan, sebijaksana itu pula Dia memilih cara untuk menyapa.

Dia Maha Pemberi Segalanya. Tatkala itu disalahartikan, maka Dia pun Maha Bijaksana untuk memberi pelajaran. Aku kagum dengan sikapNya, karena di setiap pembelajaranNya itu, tak lupa ia sisipkan secercah kebahagiaan yang tak pernah mengecewakan. Pun kepadaku, hal itu Dia lakukan.

Aku berucap syukur atas sapaanNya pagi ini. Tak lupa pula aku memohon ampun untuk kekhilafan yang selama ini aku lakukan. Ini pengalaman yang membekas di ingatan. Pengalaman yang teramat mengejutkan
.
Tapi Tuhan, boleh aku memohon sebentar? Kalau sempat, sisipkan tanda sebelum Kau menyapa. Biar aku juga bisa berjaga-jaga. Terima kasih, Tuhan.

Jumat, 27 Maret 2015

Ada Langit di Atas Langit, Lupa?

"Saya pikir, hidup itu harus banyak meminta ~ ternyata harus banyak memberi

Saya pikir, sayalah orang yang paling hebat ~ ternyata ada langit di atas langit

Saya pikir, kegagalan itu final ~ ternyata hanya sukses yang tertunda.

Saya pikir, sukses itu harus kerja keras ~ ternyata kerja cerdas.

Saya pikir, kunci surga ada di langit ~ ternyata ada di hatiku

Saya pikir, Tuhan selalu mengabulkan setiap permintaan - ternyata Tuhan hanya memberikan yang kita perlukan

Saya pikir, makhluk yang paling bisa bertahan hidup adalah yang paling pintar, atau yang paling kuat ~ ternyata yang paling cepat merespon perubahan

Saya pikir, keberhasilan itu karena turunan - ternyata karena ketekunan

Saya pikir, kecantikan luar yang paling menarik ~ ternyata inner beauty yang lebih menawan

Saya pikir, kebahagian itu ketika menengok ke atas - ternyata ketika melihat ke bawah

Saya pikir, usia manusia itu di ukur dari bulan & tahun - ternyata di hitung dari apa yang telah dilakukannya kepada orang lain

Saya pikir, yang paling berharga itu uang & Kekuasaan - emas- permata - Ternyata BUKAN juga ......yang paling Penting dan Paling mahal itu KESEHATAN dan NAMA BAIK"


Hai!

Maaf, postingan kali ini harus aku buka dengan kutipan yang membuat sebagian orang bersedih hingga saat ini. Bukan tentang konten kutipan itu, melainkan pada kisah dibaliknya. Kutipan itu milik Alm. Yanni Trio Libel yang meninggal pada Rabu, 25 Maret 2015 kemarin.

Tadi selepas magrib tiba-tiba Ibuk masuk ke kamarku dan mengajakku berbual. Beliau menanyakan tentang status terakhir dari Alm. Yanni kepadaku. Yaah, dasar akunya yang jarang nonton infotainment, ditanya seperti itu aku malah bengong. Penasaran, aku cari saja di google. Dan muncullah sederet berita tentangnya. Aku pilih saja salah satu, lantas aku temukan status terakhir Alm. yang ditanyakan Ibuk tadi.

Saya pikir, semua yang Beliau tuliskan itu benar adanya. SEMUA. Begitulah hakikat hidup yang sesungguhnya, menurutku. Mungkin sebagian besar orang yang melek kehidupan sudah memahaminya. Hanya saja, tidak semua dari orang-orang itu sadar lantas mengamalkannya. Aku sendiri pun begitu. Satu contoh yang paling klise, menjaga kesehatan.

Kita semua juga tahu bahwa sehat itu mahal. Akan tetapi, masih saja tidak kita hiraukan. Baru akan menyesal jika itu sudah terenggut. Hanya akan meratap jika hidup sudah diujung maut.

Ah, betapa munafiknya kita semua.

Aku begitu tersanjung dapat membaca nasihat bijak itu. Nasihat yang sebenar-benarnya aku butuhkan.

***

Ini draft satu bulan yang lalu dan terbengkalai di deret postingan blog. Aku bukan melupakan, hanya belum bisa menyempatkan. Oooh, durhakalah aku. Tadi waktu aku baca ulang, sebenarnya sudah matang ya, lantas kenapa waktu itu tidak segera aku posting?? Hmmmm..

Menyambung tulisan dalam draft ini, sekarang zaman memang sudah berubah. Semua orang sibuk mengejar susuatu yang berjalan di depannya. Apa ini yang namanya gaya hidup?? Tenggelam dalam gengsi kemewahan, sedang kesehatan dinomorduakan. Ironis bukan? Mencari penghidupan di tanah orang, meninggalkan dalih agar anak istri tidak terlantar. Pada kenyataan? Justru itu telah membuka pintu kesengsaraan.

Bukankah akan lebih baik jika hidup rukun bersama keluarga, meski ekonomi cukup seadanya? Apa mungkin kita lupa bahwa Tuhan tidak buta?? Betapa.. Betapa.. Betapa ironisnya.  Mungkin untuk itu Alm. Yanni sengaja meninggalkan pesan dalam statusnya.

Akan ada hari untuk sebuah kebangkitan. Akan ada balasan untuk semua bingkisan. Itu yang Dia janjikan dalam Al Quran.

Semoga postingan kali ini dapat memberikan manfaat untuk kita semua. Amin.

Senin, 09 Maret 2015

I said "YES!!!"

Selamat pagi!

Hari ini hari kedua pelaksanaan UAS SMK di Kabupaten Demak. Kebetulan aku ditugaskan menjadi pengawas silang. Pengawas silang maksudnya pengawas yang bertugas mengawasi Ujian di sekolah lain. Ini tahun pertamaku menjadi pengawas silang. Sekolah yang beruntung menjadi pengalaman pertamaku ini yaitu SMK Al Mubaroq. Letaknya tidak begitu jauh dari sekolah tempatku mengajar. Itu satu hal yg aku syukuri dari penempatan tugas ini. Hahaha. Selama 10 hari ke depan aku akan bertugas sebagai pengawas ujian di sekolah ini bersama Pak Teguh, guru perwakilan dari SMK lain. Ahhh.. semoga tugas ini menyenangkan!

Selain tugas negara tadi, aku juga ingin membagi satu hal yang sampai hari ini masih meninggalkan senyum di bibirku. A little sweet surprise. Aku menyebutnya itu. Jujur, ini sesuatu yang selalu aku inginkan. Ohh mungkin juga yang semua wanita inginkan.

Sesuatu itu adalah kenaikan tingkat keseriusan sebuah hubungan. Bulan kemarin aku pernah bercerita tentang anniversaryku yang ke 6 tahun bersama lelakiku. Dan hari Minggu, tanggal 8 Maret 2015 kemarin, lelakiku mengajakku untuk memasuki pintu menuju jenjang yang lebih serius. Itu terjadi secara cepat dan tiba-tiba. Aku, tentu saja bahagia! Tanpa ragu pula aku menjawab "iya". Dia lelaki yang selama ini aku inginkan untuk selalu ada di sisiku. Dia lelaki yang selalu aku tuju untuk menjawab semua keraguanku. Dia lelaki sekaligus sosok pendamping idamanku. Ahh.. Bagaimana aku bisa menolaknya?

Kami sudah melalui beberapa fase kehidupan untuk sekedar disebut bekal. Aku sendiri pun sebetulnya sudah bosan dengan kisah kami yang berjalan lurus ke depan. Ini merupakan satu hal yang aku nanti-nantikan. Meniti sebuah tanjakan bersama sambil bergandeng tangan.

Aku bedoa semoga ini awal dari sebuah penghidupan. Bukan hanya untuk aku dan dia, tapi juga untuk keluarga besar kami berdua. Amin.

Baiklah, itu sekedar cerita dariku. Sepenggal kisah kehidupan yang Ia titipkan dalam hidupku. Dia yang Maha Pembuat Cerita masih menyimpan segudang jalan cerita untukku. Tugasku hanya menyampaikan kembali yang telah Ia tuliskan dalam garis hidupku.

Tunggu, kenapa ini menjadi begitu serius? Hahaha ok, take a breathe.. and relax..
Yups, see ya!

Selasa, 17 Februari 2015

Jatuh Cinta Semenyenangkan ini

(When I first saw you, I saw love.
And the first time you touched me, I felt love.
And after all this time, you're still the one I love.)

Looks like we made it
Look how far we've come, my baby
We mighta took the long way
We knew we'd get there someday

They said, "I bet they'll never make it."
But just look at us holding on
We're still together, still going strong

(you're still the one)
You're still the one I run to
The one that I belong to
You're still the one I want for life
(you're still the one)
You're still the one that I love
The only one I dream of
You're still the one I kiss good night

Ain't nothing better
We beat the odds together
I'm glad we didn't listen
Look at what we would be missing

They said, "I bet they'll never make it."
But just look at us holding on
We're still together still going strong

(you're still the one)
You're still the one I run to
The one that I belong to
You're still the one I want for life
(you're still the one)
You're still the one that I love
The only one I dream of
You're still the one I kiss good night
You're still the one
(you're still the one)
You're still the one I run to
The one that I belong to
You're still the one I want for life
(you're still the one)
You're still the one that I love
The only one I dream of
You're still the one I kiss good night

I'm so glad we made it
Look how far we've come, my baby


Hai!

Penggalan lirik dari Shania Twain itu persis seperti yang ingin aku ungkapkan hari ini, 17 Februari. 17 Februari yang ke enam kali.

When I first saw you, I saw love.
And the first time you touched me, I felt love.
And after all this time, you're still the one I love.


Enam tahun lalu, ketika kita pertama kali bertemu, aku merasakan cinta melalui hati yang teramat lugu. Enam tahun lalu, ketika pertama kali kamu menggenggam tanganku, aku merasakan cinta itu kian menggebu. Dan enam tahun lalu, ketika cinta telah menyapa tanpa ragu, aku pun memutuskan untuk memanggilmu kekasihku.

Dari waktu ke waktu, hari ke hari, tahun ke tahun, hanya kamu yang selalu ada untuk menggenggam tanganku di kala aku takut. Hanya kamu yang selalu memelukku di kala aku terpuruk. Hanya kamu yang selalu memuja di kala semua telah sia-sia.

Looks like we made it
Look how far we've come, my baby
We mighta took the long way
We knew we'd get there someday

Seberapa jauh kita melangkah, sejauh itu pula yang kita dapatkan. Beribu jalan telah kita tapaki. Beribu rintangan telah kita lalui. Meski sesekali kita pesimis, namun itu tidak membuat kita untuk berhenti optimis. Banyak pencapaian yang telah kita dapatkan. Dan ya. Selalu ada "kita" di setiap jalan yang aku lewati. 


They said, "I bet they'll never make it."
But just look at us holding on
We're still together, still going strong

Mata dan telingaku pernah memberitahu tentang pendapat-pendapat di sekelilingku. Pendapat itu tentang aku dan kamu. Tentang mereka yang selalu meremehkan, menyepelekan, bahkan menertawakan. Beruntungnya, kita menjadikan itu sebagai alasan untuk saling menguatkan. Menjadikannya pegangan ketika kita kehilangan arah dan tujuan. Memakainya sebagai pelengkap saat kita merasa ada sesuatu yang terlewatkan. Begitu. Setiap waktu.

You're still the one I run to
The one that I belong to
You're still the one I want for life

Segala yang aku tahu, segala yang aku mau, itu hanyalah kamu. Kiblat dari semua rasa yang aku damba. Kitab bagi semua sebab yang aku buat.

Rasa terpatri yang tak terperi ini memberi arti dari semua mimpi. Mengamini setiap doa kepada Sang Illahi. Membimbing hati untuk siap, lagi mumpuni. 

Kasih, bersama kita peluk mimpi ini. Jadikan cinta ini suci dan abadi. Agar dapat mengobati segala lara di hati. Menjadi penawar rindu di kala sepi. 

Happy 6th anniversary, Honey. Semoga kamu satu-satunya yang menjadi selamanya. Amin.

Sabtu, 31 Januari 2015

Bahkan Hujan Tak Pernah Turun Sendirian

Hai!
Hari ini aku ingin membagi rampak puisi terbaruku. Kali ini aku berdampingan dengan partner terbaikku, Jani. Seperti biasanya, rampak ini tidak sengaja kami lakukan.
Belakangan, hujan memang memicu keresahan. Terlebih bagi kaum parasit lajang. Dan berikut rampak puisi yang berdasar keresahan akan hujan dari parasit lajang.
-----
Bahkan hujan tak pernah turun sendirian
Dan hujan selalu meninggalkan sisa gerimisnya
Perlahan
Namun pasti akan hilang
Meski tetap menyisakan kedinginan yang begitu dalam
Hujan
Aku benci kepergian hujan
Tp aku juga benci kedatangannya yg memaksaku menggigil kedinginan
Pun memaksaku membuka lembar kenangan
Yang hampir kupaksa diam dalam ingatan
Bahkan diamnya kenangan tak mampu bersaing dengan lolongan anjing yg memecah nista malam
Aku tak menyalahkan hujan yang begitu kejam
Hanya sedikit menyesal akan kisah yang teramat mengganjal
Lebih dari itu
Penyesalan takkan mengubah apapun
Aku hanya sedikit kecewa dengan Tuhan
Yang berkali2 membiarkanku melumat kekeliruan
Pernah aku bertanya padaNya, apa ini yang Kau maksudkan?
Membuatku diam dalam kesengsaraan lantas bangkit dan kembali merasakan
Aku yang teramat lugu atau mereka yang selalu melucu?
Melucu katamu?
Lelucon macam apa?
Lelucon yg membuat pelakunya ikut terbahak dalam gelak tawa hingga memicu air mata
Atau malah mencipta murka dan kecewa?
Bahkan langit tak pernah berbisik
Dan jawaban itu dan pernah sampai kepadaku
Laksana hujan yang turun perlahan, aku pun memasrahkan diam-diam
Aku hampir lelah mengeja dan menerka
Aku sungguh tidak paham dengan segala skenarionya
Jika hujan dapat merada, maka kita masih dapat percaya
Sebatas itu saja
Andai aku mampu berbincang dengan Tuhan
Bahkan ketika aku sudah mampu menemukan alurnya, dia justru berbelok dan meninggalkanku di tengah jalan
Kenapa Dia selalu selucu itu
Kau mampu menangkap kelucuannya?
Aku bahkan ditinggalkan di puncak klimaksku
Seperti anak ayam yg kehilangan induknya
Aku tertawa karena aku teramat berduka
Duka yang tak mengenal cara bercerita
Duka yg memagut luka
Sesungguhnya Dia memang Maha Pemberi Tawa
Tawa
Sesuatu yg sungguh taksa
Yang kadang kala memaksa untuk mengenal kasta
Kasta
Dunia ini memaksa ku untuk cemburu
Cinta dan kasta nyatanya tak pernah berdusta
Persetan dengan rindu
Nyatanya segalanya pemeluk cemburu
Awalnya aku ragu
Namun akhirnya aku tau
Segala yang kurawat hanya rasa yang tabu
Mereka yang tak tahu mungkin mengira ini keliru
Nada-nada sendu yang mengalir setiap waktu
Nyatanya bukan untuk penawar haru
Hingga aku lupa rasanya bercumbu
Aku lebih dari paham jika semuanya adalah palsu
Hingga satu demi satu melucuti bahagiaku
Aku belum jengah
Aku masih lengah
Namun aku lemah
Aku perlahan lelah
Harusnya mereka tau seperti apa rasanya malu
Menjadi sesuatu yang dianggap benalu
Persetan dengan mereka
Aku hanya ingin dia
Dia yang selalu ada
Untuk bersama mengeja bahagia
Tidakkah itu sederhana tanpa mengada-ada?
Terlalu muluk-mulukkah inginku?
Sungguh pun tak pernah ada udang di balik batu
Sekedar inginku
Demi sebuah kehidupan baru
Aku lelah cemburu dengan waktu
Yang tak perlu menunggu untuk dapat bertemu
Yang lebih dulu mengerti tanpa harus berlalu
-----
ps: Yang bercetak miring itu sajak dariku.

Kamis, 29 Januari 2015

Balada Parasit Lajang

Dalam situasi semacam ini, aku selalu berpikir ingin segera hengkang dari dunia parasit lajang. Ini lebih dari sekedar tuntutan pekerjaan.
Menjadi persimpangan memang tidak mudah. Sebatas memberi petunjuk arah, awalnya aku kira itu sangatlah mudah. Si Penunjuk arah itu kini juga harus mengampu beban menertibkan, yang seharusnya menjadi tugas aparat penegak. Bila ada yang melanggar, sudah menjadi tugasnya untuk memberi hukuman. Itu sebagaimana yang tertulis dalam aturan. Lantas pada kenyataannya, aturan itu tak dapat dilakukan. Kalian pasti paham alasan yang aku maksudkan.
Aku tak ingin gegabah. Melepas parasit lajang sama dengan membuang masa kejayaan. Setidaknya itu yang aku tanamkan.

Selasa, 13 Januari 2015

Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas, dari Eka Kurniawan

Hai!
Selamat Pagi!
Ini pertama kalinya aku membaca novel dari Eka Kurniawan. Astaga! Baru sampai di bagian pertama novel ini, aku sudah dibawa melayang kemana-mana. Aku memang sempat melihat label "21+" di sampul novel ini. Awalnya aku kira label itu untuk peringatan bahwa konflik di dalamnya adalah konflik rumah tangga. Dan ya, tebakanku tepat sasaran! Hanya saja itu jauh, jauh, dan jauh di luar perkiraan.

Aku tak menyangka Eka Kurniawan segila itu. Diksi yang ia gunakan benar-benar di luar batas kebiasaanku. Dan itu hampir saja membuatku enggan melanjutkan. Aku butuh penyesuaian dengan mata dan daya serap pikiran. Yang benar saja! Aku terbiasa dengan Supernova, dan sekarang aku harus melahap tulisan gila (Maaf Om Eka, aku menyebut tulisanmu gila).
Setelah berhasil melakukan penyesuaian, aku akhirnya mampu menemukan alur cerita. Sebuah konflik yang terbilang rumit. Baiklah, mari kita bahas satu per satu.

Tema.
Menurutku, novel ini mengangkat tema kejantanan. Setiap peristiwa yang dihadirkan tercium aroma jantan. Ada perkelahian, ketidaksabaran, dan kehamilan. Semua itu ditampilkan dengan tegas dan elegan.

Tokoh.
Aku rasa Om Eka ini tidak berminat memakai nama-nama tokoh yang mudah dilupakan, beliau lebih memilih menggunakan nama-nama yang orisinil dan membekas di ingatan. Tokoh utamanya bernama Ajo Kawir. Anak dari seorang karyawan perpustakaan. Alih-alih hidup tenang berkecukupan, Ajo Kawir memilih hengkang dan menghampiri perselisihan. Sebagai tokoh utama, ia memiliki seorang sahabat yang senasib sepenanggungan. Namanya Si Tokek. Tokoh ini sangat setia menemani dan melindungi Ajo Kawir. Baginya, masa depan Ajo Kawir lebih penting dari segalanya. 
Selain Si Tokek, ada pula Iteung. Seorang bodyguard cantik yang pandai berkelahi. Dia satu-satunya wanita yang dapat membuat Ajo Kawir bertekuk lutut di hadapannya. Baik dalam pertarungan fisik, maupun pertarungan hati. 

Alur.
Novel ini memiliki alur yang cukup complicated. Alur mundur dipilih untuk menceritakan asal mula nasib buruk yang harus dijalani Ajo Kawir di sepanjang cerita novel. Lalu tiba-tiba Om Eka sudah beralih ke alur maju untuk menggambarkan keadaan Ajo Kawir di masa kini. Dan secara tiba-tiba pula, alur cerita sudah kembali lagi ke alur mundur untuk menceritakan kisah Ajo Kawir sebelum ia sampai di masa kini. 
Pada setiap bab, novel ini mengalami pemenggalan cerita yang sangat cepat. Hal itu bisa terjadi lebih dari 30 kali dalam setiap bab. Pemenggalan itu dilakukan untuk berganti setting, ada pula yang dilakukan untuk berganti alur.
Aku kurang paham ekspektasi Om Eka dengan melakukan itu semua, karena aku memang baru pertama kali ini berkenalan dengan karyanya.

Sudut Pandang.
Memilih menjadi orang lain dengan konflik serumit ini, menurutku pilihan yang sangat berani. Sebagai orang ketiga pelaku utama memang ada banyak keuntungan, meski tidak sedikit pula kesulitannya. Akan tetapi, Om Eka mampu menempatkan diri secara arif dan bijaksana. Congrats, Om!

Latar.
Latar tempat dalam novel ini tidak digambarkan secara jelas. Menurut pendapatku, masa remaja Ajo Kawir dihabiskan di tanah sunda, Bandung. Hal ini aku yakini dari beberapa tempat yang digambarkan, seperti area perkebunan dan kampung padepokannya. Awalnya aku mengira ini semua terjadi di tanah betawi, tapi setalah aku mengenal masing-masing tokoh yang dihadirkan, aku pun menanggalkan persepsi itu. 
Di sepanjang cerita "Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas" ini, suasana yang dihadirkan cukup menegangkan. Hal ini sejalan dengan tema yang dipilih Om Eka, kejantanan. Ketegangan yang dimaksud terlihat dari konflik perkelahian, drama percintaan, bahkan ketegangan antara Ajo Kawir dengan "miliknya".
Latar waktu yang dipilih, sangat menunjang suasana yang ingin dihadirkan. Selain itu, waktu yang dihadirkan, menurutku hampir sesuai dengan realita. Misalnya, ketika Ajo Kawir ingin mencari keributan, ia berjalan ke belakang bioskop saat matahari hampir tenggelam. Di sana ia mendapatkan segerombolan remaja yang sedang nongkrong dan menggoda perempuan. Latar ini sesuai dengan realita masa kini.

Amanat.
"Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas" mengajar kepada kita bahwa diam bukan berarti tiada. Diam bukan berarti tak bisa. Diam bukan berarti lupa. Diam selalu lebih baik daripada ketamakan. Itu.

Setelah selesai membaca novel ini, lantas melihat ilustrasi covernya, kalian pasti akan tertawa getir. Sama seperti yang aku lalukan. Awalnya aku berpendapat gambar burung di sampul itu lucu, tp setelah tahu.. Ah, malangnya nasibmu.


Haha! Sudah segera beli bukunya Om Eka ini! Dijamin nggak bakal nyesel! :))