Laman

Selasa, 31 Desember 2013

Interaktif 2: Aku di 10 Tahun yang Akan Datang

Hai!

Berdasarkan voting yang sudah aku lakukan di kontak bbm (Iya, aku votingnya via bbm), interaktif kedua yang akan aku bahas kali ini yaitu "diriku di 10 tahun yang akan datang". Baiklah, mari kita simak. :D



Sekarang usiaku 21 tahun, sepuluh tahun yang akan datang berarti usiaku menginjak 31 tahun. Kepala tiga. Kata orang, kepala tiga itu masa menuju puncak kejayaan manusia. Kejayaan karir, kehidupan, dan percintaan.

Di usia 31 tahunku, aku sudah menjadi seorang PNS di SMP Negeri Jepara. Dari senin hingga sabtu aku rutin bangun pagi, bergegas berangkat sekolah untuk menjalankan peranku sebagai seorang guru Bahasa Indonesia yang selalu menjadi teladan bagi siswa-siswiku. Sore harinya, aku memantau Lembaga Bimbingan Belajar milikku yang kini sudah menginjak tahun kelimanya. Memastikan kegiatan belajar mengajar di setiap kelas berjalan lancar, juga memastikan bagian administrasi bahwa tidak ada masalah baik dari siswa maupun tentor yang ada. 

Sumber: http://www.pustakasekolah.com/wp-content/uploads/2012/04/lulus-pns-2012.jpg

Malam hari, sambil beristirahat aku membuka dunia cyberku, membuka email, blog, dan toko online milikku. Membuka beberapa email penting, membalas email yang memang perlu dibalas, dan menghapus spam-spam yang masuk. Kemudian aku membuka dasbor elfifa.com, toko online milikku yang menyediakan pakaian etnik perca, baik yang sudah siap dipesan maupun yang baru akan dibuat berdasarkan pesanan. Juga menjawab beberapa pertanyaan yang masuk dan mencatat jumlah pemesan dan barang pesanan hari ini. Setelah itu aku akan menginformasikan kepada Ibuk jumlah dan jenis pesanan hari ini agar dapat segera disiapkan dan segera dikirimkan kepada pemesan.

Selain itu aku juga akan membuka blogger milikku, membuka dasbor umeylida.com (di usia 31, blogku sudah berganti domain), melihat pengunjung hari ini, dan membalas komentar-komentar yang masuk. Selesai mengelola blog sendiri, aku mulai melakukan rutinitas blog walking. Membaca tulisan-tulisan blogger lain, mencari inspirasi tulisan berikutnya, dan tak lupa mempelajari lomba blog yang sedang berlangsung. 

Di usia 31 tahun, aku sudah secara resmi menjadi seorang istri. Menjalankan kesibukan ibu rumah tangga pada umumnya di samping kesibukan karir yang aku jalani. Mengurus kebutuhan suami sebelum aku berangkat dinas ke sekolah, memasak menu makan siang sepulang dinas sekolah, dan melayani suami sepulangnya dari kantor. Di usia ini, aku juga sudah resmi menjadi seorang ibu. Seorang ibu dari satu anak. Saat itu, anakku baru duduk di bangku kelas 1 SD. Masih riang-riangnya menjalani masa sekolah, bertemu teman-teman barunya, dan dapat jajan sesuai keinginan hatinya tanpa takut aku marahi. Lucu sekali. Biasanya yang mengurus keperluan dan mengantarnya berangkat sekolah itu aku, tapi untuk urusan sepulang dan menjemput sekolah aku pasrahkan kepada kakeknya (ayahku). 

Sumber: http://thebsreport.files.wordpress.com/2010/07/multitasking_run_amok_lg1.gif?w=374&h=340

Sore harinya, anakku riang belajar di Taman Baca Al Qur'an. Kalau di Taman Baca Al Qur'an ini, aku yang mengantar jemputnya setiap hari. Dari hari sabtu hingga kamis, mulai pukul 3 sore hingga setengah 5 sore. Sepulangnya dari belajar Al Qur'an, anakku bermain bersama teman-teman seumurannya di sekitar rumah hingga menjelang magrib, karena kalau sudah tiba waktu magrib, dia akan segera aku ajak mengambil wudhu, sholat berjamaah bersama keluarga, dan mengaji Al Qur'an setelahnya. Anakku patuh sekali. Pun saat aku membimbingnya belajar dan mengulas materi yang ia pelajari hari ini di sekolah. Dia aktif dan komunikatif mengikuti bimbinganku. Aku sangat bangga kepadanya.

Menyenangkan sekali menulis postingan kali ini. Aku dapat menulis, membaca, dan melihat sendiri kehidupanku di usia 31 tahun. Semoga yang aku tuliskan ini sesuai dengan yang dituliskan oleh Yang Maha Kuasa. Dan semoga ini bisa menjadi inspirasi kalian. Sampai Jumpa! :D

Sabtu, 28 Desember 2013

Hari ke 13: Dua Tahunku (tidak) Terbuang Sia-sia

Hai!

Sebentar lagi pergantian tahun nih! Momen akhir tahun seperti ini paling enak kalau diisi dengan melihat ke belakang, seberapa jauh perubahan yang telah kita lakukan sampai sekarang ini. Nah, momen ini juga akan aku manfaatkan untuk melihat seberapa jauh perubahanku selama 2 tahun ini.

Dua tahun yang lalu, di bulan Desember seperti saat ini, aku sedang disibukkan pementasan sebuah drama karya Putu Wijaya yang berjudul "Hah!" bersama teman-teman Kempongku. Kempong, Keluarga Rempong, panitia pementasan drama rombel 2 prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Saat itu aku diberikan tanggung jawab menjadi penata rias di bawah pimpinan Angga Setyawan dan sutradara Liliek Handoko. Pengalaman bersama Kempong ini membuatku menyadari betapa susahnya mementaskan sebuah drama, betapa susahnya menciptakan sebuah karakter tokoh, dan betapa susahnya menjaga kestabilan mood dalam sebuah kebersamaan tim. Pengalaman ini yang membuatku tumbuh menjadi pribadi yang peka. Banyak mendengar lebih baik daripada berbicara berkoar-koar di depan.

KEMPONG!!!

Dua tahun lalu, aku masih menjalani masa-masa labil semester 5-ku. Lebih banyak menghabiskan waktu untuk bermain, nongkrong, dan pacaran. Yang terpikir dalam otakku lebih banyak untuk bersenang-senang dan menikmati indahnya semester 5. Lantas bagaimana dengan saat ini? Selama empat bulan terakhir ini bahkan aku baru bersenang-senang sekali. Itupun bersama teman-teman kantor yang belum begitu akrab. Untuk mendapatkan waktu berlibur dan bersenang-senang selama satu hari penuh saja sangat susah sekali. Akan tetapi aku tidak menyayangkan hal ini, karena yang ada di pikiranku saat ini hanyalah bekerja dan memanfaatkan diri bagi orang lain semaksimal mungkin. Sekarang ini aku justru mendapatkan perasaan senang ketika aku dapat memberikan pemahaman kepada siswa-siswiku. Aku menikmati kebahagiaan melihat adik-adik bimbinganku tumbuh pandai dan kreatif setiap harinya.

Dua tahun, waktu transisiku menuju awal kehidupan baru. Dulu bahkan aku tidak tahu apakah ibuku sehat? Sudahkan beliau makan hari ini? Dulu aku terlalu dimanjakan oleh kota rantau tempatku menuntut ilmu, sehingga untuk pulang menemui ibu seminggu sekali saja aku harus berpikir dua kali. Pada bulan Oktober kemarin, akhirnya aku menyelesaikan studiku dan kembali ke tanah kelahiranku. Kini aku sudah tidak lagi terbuai manja di pangkuan kota rantau. Keindahan kota rantau sudah mulai memudar seiring dengan semakin dekatnya aku pada Ibu. Kini aku dapat melihat Ibu setiap hari, memperhatikan beliau, dan berbakti kepada beliau. Aku bahkan sudah pernah membasuh kaki ibuku dengan kedua tanganku. Hal yang dulu tidak pernah aku bayangkan.

Semoga pencapaianku selama dua tahun ini akan terus berkembang lebih baik lagi ke depannya. Dan semoga tulisanku kali ini dapat menginspirasi kalian semua untuk berubah menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Selamat malam! :)

Tere Liye: Negeri Para Bedebah

Hai!

Aku baru saja menyelesaikan membaca novel milik Tere Liye yang berjudul Negeri Para Bedebah. Novel ini merupakan salah satu novel fiksi ilmiah. Dari beberapa novel fiksi ilmiah yang sudah pernah aku baca, Negeri Para Bedebah ini menghadirkan dasar keilmuan baru bagiku. Novel ini mengemas materi politik ekonomi, materi yang sangat baru untuk dicerna telinga dan pikiranku. Menarik, sangat menarik. Tere Liye mampu mengemas dunia politik ekonomi secara ringan. Aku sendiri yang memang orang awam dalam bidang ekonomi, menjadi paham dan mengerti siklus peredaran uang di dunia ini. Penjelasan yang diberikan Tere Liye sangat sederhana, bahkan tidak jarang penjelasan itu dilengkapi dengan cerita semacam dongeng. 

Dalam novel ini, Tere Liye memposisikan dirinya sebagai orang pertama pelaku utama. Thomas, lulusan sekolah bisnis ternama di dunia dan kini berprofesi sebagai seorang konsultan keuangan profesional. Memiliki jadwal yang padat setiap harinya melebihi jadwal presiden. Beberapa kali mengisi kolom majalah ekonomi terbaik di dunia. Hingga suatu hari, prestasi dan kecakapan Thomas itu harus diuji dengan persoalan keuangan dari perusahaan bank milik keluarga. Sejak memutuskan untuk belajar ilmu ekonomi, Thomas mengganti seluruh daftar riwayat hidupnya, menghapus bagian-bagian masa lalunya yang tidak ingin diingatnya, bahkan memutuskan hubungan dengan salah satu anggota keluarganya. Ketika pemilik perusahaan bank itu memberikan kabar buruk pada Thomas, dia hampir saja tidak mau peduli, karena pemilik perusahaan itu merupakan anggota keluarga yang sudah ia hapus dari ingatannya. 

Om Liem, anggota keluarga yang sudah tidak ingin diingat Thomas kembali. Malam itu, Om Liem mengabarkan kepada Thomas bahwa kondisi istrinya (Tante Liem) sedang kritis, sementara di luar rumah Om Liem ratusan polisi mengepungnya dan ingin membawanya ke penjara. Mendengar itu, Thomas tidak kuasa menolak permintaan Om Liem untuk datang ke kediamannya. Sesampainya di sana, Thomas melihat kondisi tante dan omnya sangat memprihatinkan. Sebagai anggota keluarga pemilik bank yang hampir bangkrut itu, sekaligus sebagai seorang konsultan keuangan yang profesional, Thomas harus melakukan sesuatu untuk menyelamatkan perusahaan dan keluarganya. Di tengah situasi yang mendesak itu, Thomas membuktikan bahwa dirinya memang pemikir yang handal dan pengambil keputusan yang akurat. Thomas memutuskan untuk membawa lari Om Liem dari kepungan polisi setelah memastikan kondisi Tante Liem benar-benar pulih. Thomas membawa kabur tersangka utama kasus Bank Semesta!

Thomas memutuskan untuk membantu Om Liem menyelamatkan Bank Semesta yang sudah diambang kebangkrutannya. Sebenarnya yang membuat dia tertarik untuk terlibat dalam kasus ini adalah orang-orang yang berkaitan dengan kasus ini merupakan orang-orang yang sama seperti kasus di masa lalunya. Kasus yang membuat dia kehilangan segalanya, orang tua, keluarga, bahkan jati dirinya. Thomas bertekad akan melakukan segala cara untuk menyelamatkan Bank Semesta juga keluarganya. Bahkan jika itu harus berurusan dengan nyawanya sekali pun. 

***

Menegangkan dan cukup energik, konflik-konflik yang diciptakan Tere Liye melalui tokoh Thomas ini. Seorang pria dewasa yang sudah mapan, pintar dan ditambah lagi dia adalah seorang petarung. Tere Liye memberikan sentuhan tambahan untuk watak Thomas ini dengan menghadirkan profesi sampingan sebagai seorang Petarung. Ya, Petarung dalam arti yang sebenarnya. Hal ini dimaksudkan agar watak bedebah dari seorang pelaku politik ekonomi ini tertutup dengan watak petarung yang bertanggung jawab dan tak pernah ingkar janji. Perpaduan yang cerdas sekali! Dengan begitu, pembaca dapat meneladani bahwa para bedebah juga memiliki sisi positif dalam hidupnya.

Seperti pada karya-karya Tere Liye yang lain, dalam Negeri Para Bedebah ini juga dihadirkan sosok "malaikat". Sosok yang arif dan bijaksana dengan segudang ilmunya. Sosok itu adalah Opa, kakek dari Thomas. Diceritakan bahwa Opa merupakan seorang imigran dari China yang mencari kehidupan baru di Indonesia pada saat perang saudara dulu. Opa memulai hidupnya di Indonesia sebagai pengusaha terigu. Usahanya ini kemudian dilanjutkan oleh anak-anaknya, Edward dan Liem (papa dan om Thomas). Dalam novel ini, Opa berapa kali muncul dengan petuah-petuahnya. Memberikan pemahaman melalui kisah masa lalunya. Ini termasuk salah satu ciri khas Tere Liye. Mengajari namun tidak menggurui.

Negeri Para Bedebah ini selain menghadirkan keseruan konflik politik ekonominya, juga sesekali diselingi dengan percikan asmara yang menggelitik antara Thomas dan seorang wartawati muda. Sangat menggelitik karena keduanya sama-sama tidak mau mengakui perasaan, justru menutupinya dengan ego masing-masing. Hal ini menjadi hiburan tersendiri bagi pembaca, di saat-saat tegang menghadapi persoalan politik, asmara ini tampil sebagai intermezo. 

Satu hal yang perlu di sayangkan untuk novel ini, pilihan gambar sampulnya masih kurang menarik. Permasalahan ini memang tidak pernah lepas dari novel-novel Tere Liye. Walaupun ilustrasi gambar sampulnya sudah sesuai dengan cerita yang dikisahkan, namun komposisi gambar, jenis huruf, dan pilihan warnanya masih terlalu kontras. Apalagi jika melihat isi buku ini begitu cerdas dan mampu menarik pembaca. Mungkin pepatah "Don't judge a book by it's cover" sesuai untuk novel yang satu ini. 

Sekian review novel Negeri Para Bedebah ini, semoga dapat menjadi referensi bacaan kalian. Sampai jumpa!

Judul: Negeri Para Bedebah
Pengarang: Tere Liye
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit: Juli 2012
Jumlah Halaman: 433 halaman


Selasa, 24 Desember 2013

Hari ke 12: Acara Tv Favorit? Baca ini Dulu!

Hai!

Pagi tadi, aku dibangunkan oleh adik kecilku yang baru duduk di bangku kelas 1 SD. Dia diam-diam masuk menyelinap ke kamarku, dan merangkak di sampingku. Aku terbangun karena gerak-geriknya. Tiba-tiba dia menunjuk novel yang berada di sebelahku. Novel itu memang sedang aku baca, dan semalam sebelum tidur aku sempat membacanya sebentar, tidak aku letakkan di meja tapi aku biarkan saja tergeletak di sebelahku. Novel itu memiliki gambar sampul sebuah ilustrasi seseorang yang memakai setelan jas dan memiliki hidung panjang ke depan.

Adik: (sambil menunjuk novel) Mbak itu kok hidungnya panjang?
Aku: (masih agak ngantuk) Iya, itu kayak pinokio
Adik: .............
Aku: (tiba-tiba tersadar) Eh? Adek nggak tau pinokio??
Adik: Enggak. Pinokio apa?

Astaga! Aku lupa kalau sekarang cerita pinokio tidak pernah diputar lagi di televisi Indonesia.

Kemudian aku menjelaskan kepada adik bahwa pinokio adalah tokoh anak kecil, dia kalau sedang berbohong hidungnya akan bertambah panjang. Adik mendengarkan dan hanya manggut-manggut saja. Aku prihatin, adikku tidak mengetahui cerita pinokio. Waktu aku kecil, film pinokio ini sering sekali diputar di televisi dengan beberapa versi yang berbeda. Ada yang versi animasi, versi orang, versi barat, atau pun versi Indonesia. Dulu aku suka sekali menonton yang versi animasinya. Sekarang? Bahkan satu versi pun tidak ada yang diputar di televisi lagi. Padahal cerita pinokio itu sarat makna. Banyak nilai-nilai yang dapat diteladani dari tokoh pinokio itu. 

Kalau adikku tidak mengenal pinokio, bisa jadi anak-anak seumuran adikku juga tidak mengenalnya. Adikku justru lebih mengenal Olga syahputra, Tara Budiman, dan Billy yang saat ini sedang populer di salah satu program televisi. Program yang justru cenderung membuat anak-anak menjadi trauma, karena program itu menyajikan kekerasan dan saling mengejek. Selain itu, program drama yang saat ini diputar di televisi Indonesia yaitu drama bergenre percintaan orang dewasa, kekerasan, dan horor. Tidak ada yang sesuai dengan kondisi psikologi anak seusia adikku. Miris sekali.

Dulu, waktu aku seusia adikku, aku bisa pilih program televisi sesuai dengan kegemaranku. Senin-Jumat aku menonton Keluarga Cemara setiap pukul 13.00 WIB. Ini drama berseri yang menurutku banyak nilai-nilai kehidupan di dalamnya. Keluarga Cemara ini merupakan kisah sebuah keluarga sederhana sama seperti keluargaku saat ini, namun sedikit didramatisir di beberapa konfliknya. Yaaa namanya juga sinetron. Eh, dulu aku belum berpikiran semacam ini ya :D

Bandingkan dengan drama berseri atau sinetron zaman sekarang. Apa yang bisa diteladani dari anak kembar keluarga betawi yang memiliki kepribadian tomboy cenderung cablak dan kepribadian feminim cenderung oneng, yang tertukar sejak bayi dan tiba-tiba bertemu lagi ketika sudah berajak besar? Sinetron itu justru menghadirkan kekerasan dibalut silat Betawi. Dari segi nasionalisme memang bagus, sinetron ini mengangkat unsur budaya, namun dari segi moral? Nilai moral apa yang terkandung dari adegan seorang anak bisu dan berkacamata yang dibully, dirampas kacamatanya hingga jatuh dan hancur diinjak?

Aku merindukan hari minggu dengan maraton animasi anak. Dulu setiap hari minggu jam 7 pagi, aku menonton animasi Hamtaro, pukul setengah 8 pagi aku menonton Crayon Sinchan, pukul 8 pagi aku menonton Doraemon, pukul 9 pagi aku menonton Detektif Conan, maraton ini berlangsung terus hingga pukul 12 siang. 

Bagaimana dengan tayangan televisi di hari minggu pagi saat ini? Pukul 7 pagi diisi dengan program infotainment, pukul stengah 8 Crayon shincan, pukul 8 Doraemon, pukul setengah 9 Bima Sakti, dan setengah 9 acara musik alay hingga pukul 11. Bagaimana adikku dan adik-adik yang lain dapat menikmati tayangan masa kecilnya? Nanti kalau mereka sudah besar, apa yang bisa mereka ceritakan tentang acara televisi masa kecilnya? Bisakah mereka bercerita seperti aku saat ini? Aku takut kalau mereka justru menceritakan acara lawakan yang mengajari mereka mengejek teman.

Bagi kalian yang memiliki adik yang seumuran dengan adikku, atau kalian yang turut prihatin dengan permasalahan ini, mari kita kenalkan kepada saudara-saudara kecil kita itu tokoh-tokoh yang bermoral dan patut diteladani. Aku berharap dunia pertelevisian kita dapat melakukan rotasi perkembangan seperti dunia fashion saat ini. Apa yang populer di zaman dulu dapat diangkat kembali dan mengulang kepopuleran zaman dulu.

Baiklah, cukup untuk ceritaku hari ini. Semua yang aku ungkapkan di sini hanyalah pemikiran dan perasaanku saja. Jika ada yang ingin menanggapi, silakan share di comment box ya!

Sabtu, 21 Desember 2013

Hari ke 11: Ini tentang MAKANan!

Hai!

Musim hujan gini pasti perut lebih sering meronta-ronta makan ya? Bentar-bentar ke dapur, clingak-clinguk, buka laci atas, laci bawah, kulkas, toples.. Rrrrrgggghhhh.. Itu semua biang gendut! Tapi enak, tapi bikin gendut, tapi susah buat ditinggalin. Ahh..



Nah, nggak jauh dari makan memakan itu, hari ini aku akan membagi menu makan favoritku. Mulai dari menu makan pagi, makan siang, makan malam, sampai cemilan favorit. Nggak perlu banyak basa-basi, yuk intip satu-satu!

Menu Makan Pagi Favorit

Makan pagi atau sarapan merupakan makanan yang berfungsi memberikan asupan energi untuk memulai hari. Kebanyakan orang memilih menu makan paginya yang sederhana dan mudah didapat, seperti roti, sereal, telur ceplok, atau minuman berenergi. Aku pun suka menu makan pagi yang sederhana, mie instan misalnya. Hehehe. Kalau ini sih sederhana banget ya. Tapi ini bukan menu favorit. Yang menjadi favoritku itu nasi putih pulen, ditambah telur dadar dengan irisan cabe dan bawang di dalamnya, dan tak lupa sambal terasi matang. Wuih! Langsung netes nih air liur! Biasanya aku mendapatkan menu makan ini di rumah tercinta, dimasakin sama Ibuk. Hehehe. Sebenarnya aku bisa bikin menu ini sendiri, namun rasanya lebih enak kalau yang dimasak sama Ibuk. Bahan dan cara masaknya sederhana. Cukup sediakan beras, telur, cabe, bawang, tomat, terasi, dan bumbu dapur seperti gula dan garam.

Karena aku orangnya baik hati dan tidak sombong, berikut aku jabarkan cara memasak menu favoritku ini. Pertama, beras dicuci dan ditanak seperti biasa, kalau mau gampang, habis dicuci tinggal dimasukkan ke ricecooker saja :D Habis itu bikin telur dadarnya. Kedua, kita iris kecil-kecil dulu cabe dan bawangnya (boleh bawang merah dan bawang putih), kemudian goreng keduanya sampai layu, setelah itu baru dicampur dengan telur, dan tambahkan sedikit garam. Kocok, dan goreng. Telur dadar beres, kita beralih ke sambal terasi matang. Ambil cabe secukupnya, dua siung bawang merah, dan satu buah tomat. Bersihkan dahulu semuanya. Kemudian goreng hingga layu. Angkat, lalu uleg bersama terasi, gula, dan garam. Dan, menu makan pagi favorit siap dihidangkan! :D

Menu Makan Siang Favorit

Siang hari biasanya saat-saat kantuk dan lelah menggelayut. Di saat seperti ini, perlu santapan yang bisa membangkitkan semangat lagi. Nah, aku ingin menunjukkan menu makan siang favoritku yang biasanya dapat mengembalikan semangat beraktivitasku. Menu itu yaitu Sup Komplit ala Ibuk. Sup ini terdiri atas kubis, wortel, buncis, bunga kubis, kentang, daun bawang, seledri, bakso daging, bakso dari tahu, dan kadang ditambah makroni dan daging. Enaknya ampun-ampunan deh. Menu ini merupakan menu makan siang yang bisa disatap bersama nasi, namun aku lebih suka memakan sup ini tanpa nasi. Rasanya lebih segar dan nikmat. Sup komplit ala Ibuk ini biasa disajikan dengan ditabur bawang goreng di atasnya. Siapa pun yang mencobanya dijamin ketagihan. :P

Menu Makan Malam Favorit

Menu makan malam bagiku tidak terlalu spesial dibanding dengan makan pagi dan makan siang, karena memang jarang sekali memasak untuk makan malam. Biasanya menu makan malam menyesuaikan dengan menu makan siangnya. Bahkan tidak jarang aku beli makanan dari luar. Tidak ada menu khusus untuk makan malam, namun biasanya kalau membeli makanan dari luar, pilihanku lebih condong ke sate ayam. Tidak ada alasan khusus, hanya saja setiap kali buntu akan menu makan malam, pilihan selalu jatuh pada sate ayam. Ya, sesederhana itu. XD

Menu Cemilan Favorit

Bakso bang! Bakso satu porsi nggak pakai sawi! 
Iya, bakso cemilan favoritku. Mau bakso mini, mau bakso komplit, bakso bakar, yang penting bakso! Kadang aku bisa setiap hari ngemil bakso. Yaa gimana nggak setiap hari, Bapak juga penggemar bakso. Hahaha. Kalau musim penghujan seperti ini, hasrat makan bakso meningkat seratus kali. Oooh myyy, andai depan rumah ada yang jual bakso.

Yak, itu semua adalah menu makanan favoritku. Kalau kalian, menu makan favoritnya apa? 

Kamis, 19 Desember 2013

Hari ke 10: Tempat-tempat yang Ingin Aku Kunjungi

Hai!

Huaaahhh.. Rasanya udah lamaaaaa banget aku nggak pergi liburan. Dari zaman masih pusing-pusingnya ngadepin skripsi, sampe sekarang jadi pengusaha tertunda, belum juga ada kesempatan buat liburan. Miris banget ya. Hanya bisa berangan-angan tapi belum bisa dilaksanakan :(

Nah, daripada tambah stres nunggu waktu dan budgetnya ada, mending aku share dulu tempat-tempat yang pengen aku kunjungi itu. Okay? Ini dia!

1. Arena Bermain


Usia tidak membatasi tempat yang ingin dikunjungi kan? Aku ingin bisa menikmati semua wahana permainan di arena bermain. Ingin berteriak lepas ketika menaiki jet coaster atau kora-kora. Ingin hahahihi dengan wahana kuda-kudaan dan istana boneka. Eh stop dulu, ini yang aku bicarakan kok wahana yang ada di Dufan semua? Ya gimana, aku hanya pernah ke dua arena bermain, dufan dan Trans Studio Bandung. Dan yang paling berkesan itu ya Dufan, bagiku TSB masih kalah pamor sama Dufan, kecuali mas-mas ganteng penjaga wahananya itu. Ups! Sebenarnya pengen nyoba ke arena bermain yang lain sih, ke Jatim Park misalnya. Atau arena-arena bermain lain yang ada di Indonesia. Kalau sudah pernah dicoba semua, baru pindah nyobain yang di luar negeri. Semoga bisa tercapai. Amin.

2. Pantai



Siapa sih yang nggak suka pantai? Kecuali orang yang phobia pantai (laut) atau semacamnya ya. Semua orang pasti suka pantai, apalagi kalau bisa lihat sunrise dan sunset di sana. Wuih! Tempat yang kayak begini ini yang bikin aku ngiler. Tidak hanya untuk refreshing, tapi hidup di sana sampai tua. Pantai yang menjadi sasaranku, salah satunya yang ada di Raja Ampat. Beberapa kali lihat liputannya di TV dan selalu terpesona. Eh tapi kalau di sana bisa lihat sunrise dan sunset dalam satu tempat nggak yaa.. Ahh, aku tetap mengidolakan Raja Ampat. Ayo nabung!

3. Belanda



Aku suka bangunan-bangunan yang berarsitektur Belanda. Di dekat tempat tinggalku sekarang ini, ada 3 rumah peninggalan Belanda. Entah itu rumah dibangun saat masa penjajahan Belanda atau dibangun oleh salah satu keturunan Belanda. Kalau dilihat dari gaya bangunannya sih, rumah-rumah itu terlihat kuno dan "nyeni". Tiap kali jalan melewati rumah-rumah itu, mataku selalu tidak lepas memperhatikan ketiganya. Selain itu, bangunan-bangunan kuno di Kota Lama Semarang juga selalu membuatku terpesona. Bangunan-bangunan itu kokoh, megah, dan istimewa. Aku selalu membayangkan kalau aku sedang berjalan-jalan di sebuah tempat yang penuh dengan bangunan-bangunan indah seperti itu. Iya, aku selalu membayangkan aku ada di Belanda. Semoga keinginan itu cepat tercapai.

4. Toko Buku



Ini keinginan jangka pendek yang belum juga kesampaian. Aku ingin sekali ke toko buku, ingin memilih-milih buku dan membeli semuanya yang sesuai dengan selera. Kemarin memang sempat ke toko buku sih, tapi itu hanya semacam stand kecil yang dibuka oleh Gramedia di salah satu supermarket di Kudus. Jadi koleksi buku di sana sangat sedikit dan aku hanya tertarik pada satu dua buku saja, itu pun bukan buku dari penulis favoritku. Hmmm. semoga bisa secepatnya ke Gramedia pusat. 

Ke mana lagi ya? Emmmm.. Mungkin itu dulu tempat-tempat yang ingin aku kunjungi saat ini. Buat kalian yang punya keinginan yang sama denganku, boleh nanti kita pergi bersama. :D

Senin, 16 Desember 2013

Hari ke 9: Kalimat-kalimat Ajaib yang Perlu Ditengok

Hai!

Malam ini aku ingin membagi beberapa kalimat favoritku sekaligus kalimat penyemangatku. Iya, kalimat-kalimat ini istimewa, pas mengena di jantung dan pikiran. Jantung ya, bukan hati. Haha. Oke, nggak perlu banyak basi-basi, silakan kalian baca kalimat-kalimat ajaib berikut ini.

Bodoh itu ketika kamu belum mencoba namun sudah merasa tidak mampu. -Ika Jani Sayekti-

Jangan mencari kawan yang membuat Anda merasa nyaman, tetapi carilah kawan yang memaksa Anda terus berkembang. -Thomas J. Watson-

Ada bagian surga yang terkikis dari masa depanmu, setiap airmata ibu menetes karena rasa kecewanya padamu. -Bernard Batubara-

Apa yang Allah berikan tak pernah terburu-buru, tak pernah terlambat, selalu tepat waktu. -Hijab Alila-

Opportunity does not knock, it present itself when you beat down the door. -Singapore Today-

Kalau pun kamu harus memutuskan sebuah hubungan, putuskanlah karena kesadaran, bukan karena adanya alternatif pilihan. -Bemz_Q-

Terkadang seseorang bersalah bukan karena dia melakukan sesuatu, tetapi karena dia tidak melakukan apa-apa. -Aulia Soemitro-

Ketika orangtua tidak meridhaimu, berarti keberuntungan tidak berpihak padamu. -Ippho Santosa-

Orang sukses adalah orang yang menunda kesenangannya. -Alit Susanto-

Bersyukur dan berterima kasihlah atas semua yang dimiliki, maka nikmat dan kebahagiaanmu akan ditambah. -Pepatahku-

Gimana? Ada yang cocok sama kalian juga? Silakan kalian gunakan sebagai penyemangat dan semoga bisa bermanfaat untuk kedepannya. :)

Sabtu, 14 Desember 2013

Katarsis: Psychology Thriller by Anastasia Aemilia

Judul: Katarsis
Pengarang: Anastasia Aemilia
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit: April 2013
Jumlah Halaman: 261 halaman
Harga Buku: Rp45.000,00

Gila! Ini novel "gila"! Novel ini hampir membuat saya gila! Baik dari penyajian konflik, penggambaran alur, bahkan para tokohnya, semua membuat gila!

Tara, seorang gadis cantik yang selalu menolak dipanggil Tara bahkan sejak dia baru dilahirkan itu memiliki kepribadian yang menarik. Kata pertama yang dia ucapkan saat dia baru belajar bicara adalah "bukan", bukan kata "mama" atau "papa" selayaknya bayi pada umumnya. Dia juga selalu enggan memanggil kedua orangtuanya dengan panggilan "mama" dan "papa", Tara justru memanggil orangtuanya dengan nama mereka masing-masing, Tari dan Bara. Ya, nama Tara merupakan penggabungan dari nama kedua orang tuanya. Dan karena itulah Tara tidak menyukai namanya. Tara juga tidak menyukai orang lain memanggilnya "Tara", bahkan orangtuanya sendiri. 

Keanehan lain yang Tara tunjukkan yaitu pada saat gigi susunya tanggal di malam hari ketika Tari dan Bara sedang terlelap. Tara menangis kesakitan dan berteriak memanggil Tari, namun Tari dan Bara tidak mendengar teriakan Tara, sampai pada akhirnya Tara kesal dan membanting gelas kosong yang ada di meja tempat tidurnya. Suara gelas yang membanting ke lantai itu berhasil membagunkan Tari dan Bara. Mereka langsung berlari menuju kamar Tara. Tari yang pertama kali masuk. Saat Tari berjalan mendekati Tara yang masih tergeletak di kasur, Tari tidak memperhatikan pecahan gelas yang ada di lantai, sehingga kakinya menginjak pecahan gelas itu dan membuat langkahnya limbung. Bara yang melihat kejadian itu langsung mendekati Tari tanpa memperhatikan Tara yang masih meraung kesakitan. Melihat itu, Tara semakin kesal dan membuat rasa sakitnya itu semakin terasa sakit. Akhirnya Tara memutuskan untuk berlari mengambil air untuk berkumur sendiri. 

Selesai berkumur dan meredakan sakit di giginya itu, Tara melihat Tari dan Bara berada di puncak tangga, bermaksud turun untuk menyusulnya. Tara melihat kaki kiri Tari sudah terbalut kain putih dan berjalan dengan dipegangi Bara. Melihat itu, Tara justru berlari menaiki tangga tanpa memedulikan mereka. Saat sampai di samping Tari, Tara menginjak kaki Tari, tepat ketika kaki sebelahnya sedang diangkat untuk melangkah. Tentu saja Tari langsung jatuh berguling di tangga, membuat suara benturan beberapa kali, suara tulang retak, dan Tari akhirnya meninggal di tempat.

Dari kejadian itu, Tara berhasil menyingkirkan Tari dan sekaligus Bara, karena Bara memutuskan untuk pergi dan menitipkan Tari kepada keluarga adik laki-lakinya, yaitu Arif dan Sasi Johandi. Di keluarga Johandi inilah Tara dibesarkan. Tara menyukai keluarga ini karena Arif dan Sasi lebih sering memanggilnya "Nak", bukan nama yang selama ini dia benci. Arif dan Sasi memiliki anak laki-laki yang bernama Moses. Dia tujuh tahun lebih tua dari Tara. 

Ketika Tara baru saja dibelikan sepeda baru oleh Arif dan Sasi, Moses diminta untuk mengajarinya bersepeda di taman. Saat belajar bersepeda itu, Tara tidak mengira bahwa Moses akan tega melepaskan pegangan pada sepeda Tara, saat sepeda itu meluncur di jalan turunan. Hal itu membuat sepeda Tara menabrak pohon besar dan tubuhnya terpelanting dari sedel, kepalanya membentur batang pohon dan berdebam di tanah. Banyak orang di taman yang memperhatikannya, namun yang menghampirinya justru seorang anak laki-laki bertopi merah. Dia membantu Tara berdiri dan membawanya berjalan ke tepian. Ketika anak laki-laki itu bertanya siapa nama Tara, Tara hanya diam dan tidak menjawab pertanyaan itu. Kemudian anak laki-laki itu berhenti berjalan dan berjongkok di samping Tara. Dia bertanya tentang sakit di tubuh Tara, lalu mengambil sesuatu dari kantongnya. Sebuah koin lima ratus rupiah. Anak itu kemudian berdiri tegak dan meletakkan koin itu di telapak tangan Tara sambil berkata,

"Mamaku bilang, kalau kita lagi sakit, kita harus pegang koin agar sakitnya hilang."

Tara berpikir itu adalah hal bodoh. Mempercayai koin untuk menyembuhkan rasa sakit. Tara menganggap anak laki-laki itu bodoh karena percaya pada koin lima ratus rupiah itu. Dan menjadi semakin bodoh ketika anak itu membagi kebodohannya pada Tara. Hal bodoh yang menjadi sugesti itu ternyata mampu membekas di pikiran Tara cukup lama dan mengantarkannya menuju harta karun yang tidak pernah terpikirkan olehnya.

***

Novel Katarsis ini menghadirkan kisah penuh teka-teki dengan banyak kejutan di dalamnya. Teka teki yang membuat penasaran itu disajikan melalui potongan demi potongan kisah. 

Sesuai dengan judulnya, "Katarsis", novel ini menghadirkan kisah tentang cara pengobatan orang yang berpenyakit saraf dengan membiarkannya menumpahkan segala isi hatinya dengan bebas. Tokoh sentral dalam novel ini yaitu Tara. Diceritakan memiliki kepribadian aneh, sikap yang tidak wajar, dan terkadang brutal.

Dengan gaya bercerita orang pertama pelaku utama, Anastasia membangun karakter tokohnya secara misterius. Anastasia lebih sering menunjukkan pikiran tokoh utamanya untuk menegaskan peristiwa yang ingin dia ciptakan. Hal ini cukup berhasil membuat pembaca geregetan dan penasaran untuk segera melanjutkan membaca kisahnya. Dalam novel ini, Anastasia beberapa kali mengubah sudut pandangnya, namun tetap konsisten pada ke-akuan-nya. Dengan begitu, pembaca jadi lebih memahami jalan cerita, juga karakter dari masing-masing tokoh.

Pilihan bahasa yang Anastasia gunakan juga cukup menarik. Bahasa sehari-hari yang tegas dipilihnya untuk menggambarkan peristiwa demi peristiwa dalam novel ini. Cara penuturan yang santai, jujur dan apa adanya menambah peristiwa itu menjadi semakin mencekam. Salah satu contoh, pada saat Ello akan memotong jari kelingkingnya, Anastasia menuliskan "Aku mengambil gunting dan menjepit kelingkingku di sana. Mulai ada sayatan. Kulit luar menjadi sobek. Kakiku bergerak-gerak tak sabaran. Jemariku menekan dan menekan gunting itu." Dan begitulah, berkali-kali Anastasia menggambarkan peristiwa tragis dengan santai dan polosnya.

Tokoh psikopat yang diciptakan Anastasia dalam novel ini tidak cukup hanya satu, namun beberapa. Dan dari kesemuanya itu saling berhubungan. Ini sesuatu yang tidak dapat diduga sebelumnya. Bahkan salah satu tokoh yang semula terlihat hanya sebagai tokoh sampingan, ternyata malah menjadi akar dari semua peristiwa yang dihadirkan dalam novel ini. Tokoh yang semula menjadi sorotan, justru tidak ada kaitannya dan hanya menjadi tokoh sampingan saja.

Dari awal hingga akhir, Katarsis ini terus menghadirkan teka-teki yang sulit untuk dipecahkan. Bahkan pada tahap penyelesaiannya pun, Anastasia masih mempertahankan teka-teki itu. Dan lengkaplah teka-teki itu ketika Anastasia menutup kisah ini dengan ending yang terbuka.

Ada yang sudah membaca novel ini? Share komen yuk!

Hari ke 8: Surat Cinta Pertama untuk Kamu



Dear Kamu,

Hampir setiap pagi, ketika aku baru saja membuka mataku untuk melihat kenyataan di depanku, bahagia membuncah dalam hatiku. Mendapati kenyataan bahwa Kamu masih ada di sisiku. Menemani di setiap langkah keraguanku. Membimbingku menyusuri jalan setapak yang aku sendiri tidak tahu dimana jalan itu berujung. Kebahagian yang sama, yang aku dapat di dalam mimpi indahku malam itu.

Kamu, masihkah menjadi Kamu-ku yang dulu? Kamu yang selalu menggodaku lewat pesan-pesan singkatmu ketika senja menurun sendu. Masihkah kamu menyimpan ketidaksukaanmu pada sikap aroganku? Dulu, kamu sering menasehatiku, memperingatkanku, bahkan memarahiku ketika aku berkeliaran tak kenal waktu. Dan, masihkah kamu memiliki sifat penasaran akan sesuatu tentangku yang aku sendiri tidak tahu itu rahasia atau bukan.

Oh, aku yang sekarang sudah tidak dengan ke-akuan-ku lagi. Aku yang sekarang adalah aku yang tak dapat menahan kisahku untuk segera aku sampaikan kepadamu. Aku yang sekarang adalah aku yang selalu mengagumimu, tidak seperti beberapa tahun yang lalu, yang selalu memandangmu bukan siapa-siapaku. Aku yang sekarang justru aku yang setiap kali melihat senyumanmu maka hilanglah semua kesedihanku. Melihatmu dari dekat membuatku merasa beruntung telah menjadi salah satu bagian dari hidupmu.

Selamat malam, Kamu. Selamat memeluk mimpi indahmu. 

Rabu, 11 Desember 2013

Hari ke 7: Seandainya Aku Farhat Abbas

Hai!

Mohon perhatian sebentar, apa yang akan kalian baca dalam tulisan ini semuanya murni imajinasi dan hasil pengandaianku semata. Jadi tidak perlu kalian masukkan ke hati, pikiran, atau bahkan ke jiwa. Jika ada kesamaan profesi, istilah, maupun kejadian, semuanya hanyalah kebetulan semata. 

Beberapa waktu yang lalu dunia pertelevisian kita diwarnai oleh seorang pengacara over percaya diri yang bersitegang dengan berondong cakep Al. Di sini ada yang pendukungnya si pengacara itu? Aku berharap ada, karena kali ini aku akan bertransformasi menjadi seorang Farhat Abbas. 

Ssshhhh.. Izinkan aku menghempaskan nafas sejenak.



Seandainya aku Farhat Abbas, rasanya aku sudah kenyang sekali mendapatkan berita heboh dari infotainment. Aku bosan menerima respon atas keberanian dan kejujuranku berbicara. Kalau aku Farhat Abbas, lebih baik aku warnai hari-hariku dengan hal lain yang belum pernah aku jalani sebelumnya agar sifat berani dan jujurku ini bisa mendapatkan respon yang lebih baik. Aku ingin mencoba mengabdikan diri di daerah terpencil di wilayah Indonesia. 

Dengan mengombinasikan ilmu yang aku miliki dan sifat beraniku, aku bisa mendedikasikan diri sebagai seorang pendidik. Di daerah-daerah terpencil masih minim sekali tenaga pendidik yang mengantongi bekal ilmu yang memadai. Jadi nanti selain membantu mengajar siswa-siswi, aku juga akan membagikan ilmu pengetahuanku kepada guru-guru di sekolah itu agar khasanah keilmuannya bisa bertambah. Dengan begitu, sifat beraniku justru memberikan manfaat positif bagi orang lain. Dan ilmu dalam kantong memoriku juga dapat aku gunakan untuk memahamkan orang lain.

Mata pelajaran yang mungkin bisa aku ampu antara lain: Bahasa Indonesia, olahraga, dan kesenian. Pada pelajaran Bahasa Indonesia nanti aku bisa mengajarkan cara berimajinasi yang baik. Menulis cerpen misalnya, aku bisa memberikan contoh cerita pendekku yang cukup menarik tentang kekonyolan seorang anak bersama seorang pengacara ternama. Selain itu, di pelajaran Bahasa Indonesia aku juga dapat memberikan motivasi kepada siswa agar berani berbicara di depan orang banyak. Biasanya siswa-siswi itu malu atau tidak percaya diri ketika berbicara di depan orang banyak. Mungkin nanti aku bisa menunjukkan kepiawaianku berbicara menanggapi berbagai pertanyaan wartawan infotainment. Dengan menghadirkan contoh yang realistis seperti itu, mereka akan lebih termotivasi. Itu menurut pendapatku.

Pada pelajaran olahraga, aku akan mengajarkan kepada mereka sebuah senam baru yang aku beri nama senam pocong. Senam ini berguna untuk kebugaran tubuh. Selama seminggu penuh mereka telah bekerja keras menuntut ilmu, pasti membutuhkan refresging untuk menyegarkan tubuh dan pikiran kembali. Nah, salah satu caranya yaitu dengan senam pocong. Jadi nanti sebelum memulai pelajaran olahraga, aku akan mengajak mereka untuk melakukan senam pocong gun menyegarkan pikiran dan tubuh mereka kembali. 

Dan di pelajaran kesenian nanti aku ingin membebaskan siswa-siswi mengekpresikan diri mereka. Aku ingin melihat keberanian mereka dalam berimajinasi. Setelah itu aku akan menilai kejujuran mereka dalam berekspresi menuangkan imajinasinya tadi. Dengan begitu, generasi-generasi penerus bangsa akan memiliki mental yang pemberani dan jujur. 

Emmmmm.. Apalagi yang bisa aku lakukan seandainya aku Farhat Abbas ya? Ada usul? Tulis di comment box please!


NB: Aku mengucapkan terima kasih kepada para voters yang sudah membantu memilih Farhat Abbas di poolingku kemarin. Pilihan kalian membunuhku guys! Tapi aku senang bisa menuliskan ini. Semoga kalian suka ya. :)

Selasa, 10 Desember 2013

Kaum Hawa, Jangan Sepelekan Sakit Perutmu!

Hai!

Bagaimana kabar kalian hari ini? Sehat semua kan? Mudah-mudahan tidak sedang sakit perut seperti yang baru aku alami sekarang. Sakit perut bulanan. Kaum hawa pasti tahu maksudnya.

Kali ini aku ingin membagi cerita berkaitan dengan sakit perut langganan wanita setiap bulannya. Sakit perut bulanan ini timbul akibat berprosesnya darah kotor di dalam tubuh wanita. Darah-darah kotor ini berproses sedemikian rupa sehingga dapat keluar dan disebut sebagai darah menstruasi. Itu penjelasan sederhana berdasarkan pengetahuanku sendiri.



Ibuku memiliki seorang karyawati yang membantu bisnis rumahannya sehari-hari. Aku memanggil karyawati ibuk ini "Mbak Al". Sudah lama Mbak Al ikut bekerja dengan Ibuk. Mbak Al ini memiliki siklus menstruasi yang tidak beres. Aku sering sekali mendapati Mbak Al terkapar di mushola rumah setiap kali dia menstruasi. Aku sendiri, setiap kali menstruasi memang selalu sakit perut, namun tidak pernah sampai jatuh terkapar seperti Mbak Al itu. Umumnya, wanita mengalami menstruasi itu selama kurang lebih satu minggu. Selama satu minggu itu, biasanya aku mengalami sakit perut hanya di tiga hari pertamanya saja. Akan tetapi, hal ini tidak berlaku bagi Mbak AL. Dia terkapar di tempat tidur selama satu minggu penuh karena sakit perutnya itu. Ibuku selalu curiga dengan yang dialami Mbak Al dan menyuruhnya untuk memeriksakan ke dokter. Berkali-kali Ibuku membujuk Mbak Al untuk ke dokter, namun dia selalu menolak dengan alasan takut. Dia lebih memilih untuk menahan rasa sakitnya itu setiap bulan. Dari pihak keluarganya sendiri tidak ada yang perhatian dengan sakit yang dialaminya itu. Yang cerewet justru Ibuku, atasannya.

Karena geregetan, akhirnya Ibuk membawa paksa Mbak Al ke dokter dengan diantar bapak. Pertama kali, Ibuk membawanya periksa ke dokter umum. Alangkah terkejutnya mereka ketika dokter menjelaskan bahwa Mbak Al terindikasi tumor kandungan. Dokter kemudian meminta untuk memeriksakannya ke dokter spesialis agar dapat diketahui lebih jelas detail penyakitnya. 

Selang seminggu kemudian, Ibuk kembali membawa paksa Mbak Al untuk periksa ke dokter spesialis kandungan. Di sana, Mbak Al diminta untuk melakukan proses rongent. Dari hasil rongent ini diketahui bahwa tumor kandungan itu menempel pada dinding rahim Mbak Al. Hal inilah yang menyebabkan setiap kali Mbak Al menstruasi, dia mengalami sakit perut yang luar biasa. Waktu itu dokter tidak menyarankan untuk dilakukan operasi, dokter justru malah menggoda Mbak Al dengan memberi saran untuk segera menikah. Katanya, kalau menikah dan punya anak nanti, tumor itu akan "menghilang" dengan sendirinya. Kebetulan Mbak Al memang sudah cukup umur dan belum menikah. Dokter menjelaskan, sebenarnya bisa saja kalau tumor itu dioperasi, namun dokter tidak ingin mengambil resiko kalau selaput dara Mbak Al sobek. Seperti yang kita tahu, budaya Indonesia masih mengutamakan keperawanan seorang wanita di atas segalanya. Kalau dilakukan operasi dan selaput darahnya sobek, maka operaasi itu tidak hanya mengambil tumor Mbak Al, tetapi juga merenggut keperawanannya. Maka dari itulah, dokter hanya bisa memberikan obat penghilang rasa sakit dan obat untuk meminimalisasi perkembangan tumor. 

Hari-hari berikutnya, terlihat perkembangan yang cukup membaik, karena Mbak Al patuh mengonsumsi obat yang diberikan dokter secara rutin. Setiap kali menstruasi, hanya sehari dua hari saja Mbak Al mengeluh kesakitan pada perutnya. Hari demi hari hingga bulan demi bulan mulai berganti, Mbak Al sudah jarang mengeluh. Hingga tiba-tiba Mbak Al bercerita kepada Ibuk bahwa dia sekarang justru jarang menstruasi. Siklusnya menjadi tiga bulan sekali atau bahkan lama sekali tidak menstruasi. Ibuk kembali tidak tenang dan meminta Mbak Al untuk memeriksakannya ke dokter lagi. Dan seperti biasa, Mbak Al menolak. Dia justru ingin berpindah ke pengobatan alternatif seperti yang dibicarakan teman-temannya. Dia mendengar dari temannya bahwa pengobatan alternatif di Pak Anu dapat menyembuhkan penyakit apapun. Waktu itu Ibuk berpikir memang tidak ada salahnya mencoba pengobatan alternatif, karena Mbak Al memang menolak untuk dioperasi dan juga belum memiliki calon suami. Jadilah Mbak Al, Ibuk, dan Bapak, pergi ke pengobatan alternatif Pak Anu.

Aku tidak tahu pasti, bagaimana pengobatan alternatif ini dilakukan, berdasarkan cerita Ibuk, setiap kali berobat ke sana, Mbak Al selalu dipijat di bagian perutnya. Seminggu dua kali Ibuk rutin mengantar Mbak Al berobat ke Pak Anu. Hingga beberapa bulan akhirnya Pak Anu menyatakan bahwa proses pengobatan itu berjalan lancar dan akan segera berakhir, tinggal satu kali pengobatan lagi maka penyakit Mbak Al akan sembuh. Pengobatan terakhir tidak dilakukan seperti biasanya, sebelum melakukan proses pengobatan, Pak Anu meminta persetujuan kepada Mbak Al, serta Bapak dan Ibuk sebagai pihak terdekat Mbak Al yang berada di sana waktu itu. Proses pengobatan yang akan dilakukan ini dengan memasukkan bulatan kapas sebesar biji buah jeruk yang sudah diberi obat ramuan ke dalam alat vital Mbak Al. Bagaimana cara memasukkannya? Hanya Mbak Al, Pak Anu, dan Tuhan yang tahu, karna proses itu dilakukan di bilik yang tertutup. Selesai memasukkan kapas itu, Mbak Al diminta untuk membeli air dalam botol ukuran satu liter yang terisi penuh agar pengobatan tadi dapat berjalan tanpa hambatan. Harga satu botol air itu hampir sekitar Rp1.000.000,00. Dan Mbak Al pun menyetujuinya.

Seperti pada pengobatan sebelumnya, selesai menjalani pengobatan alternatif ini pun Mbak Al patuh meminum air mujarab yang diberikan itu secara rutin. Beberapa bulan selanjutnya Mbak Al juga tidak terlihat mengeluh kesakitan lagi, namun hal itu berlangsung tidak lebih lama dari pengobatan yang sebelumnya. Waktu tiba masa menstruasi, Mbak Al justru langsung drop bahkan tidak sadarkan diri. Keluarganya langsung melarikan ke puskesmas terdekat. Dari puskesmas itu, Mbak Al mendapat rujukan untuk dibawa ke rumah sakit. Dengan bantuan ambulance dari puskesmas, pihak keluarga memboyong Mbak Al ke rumah sakit swasta di kabupaten ini. Bapak dan Ibuk menyusul ke rumah sakit beberapa jam kemudian. Ketika Bapak dan Ibuk sampai sana, ternyata Mbak Al dan keluarganya masih berada di ruang tunggu. Mbak Al yang sedang dalam kondisi terkapar itu tidak mendapatkan penanganan darurat oleh pihak rumah sakit. Ibuk kaget bukan main. Kemudian keluarga Mbak Al menjelaskan kepada Ibuk bahwa dokter yang bertugas pada hari itu sedang keluar dan pihak rumah sakit meminta agar pasien yang menggunakan jamkesmas untuk menunggu sampai dokter itu datang. Keluarga Mbak Al sudah berusaha meminta penanganan darurat atau paling tidak fasilitas yang memadai untuk pasien yang hampir sekarat seperti Mbak Al waktu itu. Namun pihak rumah sakit tetap menolak. Sungguh ironis kejadian waktu itu. Hanya karena tidak menjanjikan biaya pengobatan, pasien yang hampir sekarat tega ditelantarkan oleh pihak rumah sakit.

Akhirnya ibu berinisiatif untuk kembali ke puskesmas dan meminta rujukan ke rumah sakit di kabupaten sebelah. Singkat cerita, Mbak Al pun dirujuk kembali ke rumah sakit di kabupaten sebelah. Pelayanan di rumah sakit ini berdeda 180 derajat dari rumah sakit sebelumnya. Ketika Mbak Al diturunkan dari ambulance, beberapa perawat dan dokter magang langsung menghampiri. Mereka memberikan bermacam-macam pertanyaan yang berkaitan dengan kondisi Mbak Al. Tidak berselang lama, Mbak Al sudah berada di ruang gawat darurat. Kartu Jamkesmas yang dibawa keluarga diterima pihak rumah sakit tanpa mengurangi pelayanan prima yang diberikan. Bersyukur sekali masih ada rumah sakit yang tidak membeda-bedakan pasiennya. 

Saat ini Mbak Al sudah tidak dirawat di rumah sakit. Dia memutuskan untuk berobat jalan saja, karena tindakan operasi masih enggan dipilihnya. Pilihan untuk menikah pun tidak kunjung datang. Dokter hanya bisa membantunya dengan memberikan obat pereda rasa sakit dan anjuran agar Mbak Al menjaga kebugaran tubuhnya. Sudah hampir setengah tahun ini Mbak Al melakukan berobat jalan. Dia sudah jarang mengeluh sakit sekarang, namun kondisi tubuh dan berat badannya semakin berkurang. Aku, Ibuk, dan Bapak hanya bisa mendoakan kesembuhan Mbak Al, karena sekarang Mbak Al sudah tidak bekerja di rumah lagi. 

Semoga kalian dapat mengambil hikmah dari kisahku ini. Dan jika berkenan, mohon bantu mendoakan untuk kesembuhan Mbak Al. Terima kasih sudah membaca :)


Senin, 09 Desember 2013

Hari ke 6: Ketakutan (mungkin) Butuh Alasan

Hai!

Beberapa hari yang lalu aku sudah pernah membagi hal-hal yang aku senangi, sekarang aku ingin membagikan kebalikannya, yaitu hal-hal yang aku takuti. Kalau dipikir-pikir, bisa dibilang aku tidak memiliki ketakutan yang amat sangat akan sesuatu atau yang sering orang bilang dengan phobia. Ketakutan yang aku alami ini hanya perasaan refleks yang muncul untuk memberikan respon tentang sesuatu yang tidak dapat diterima oleh pikiran dan perasaanku. Yang seperti ini namanya ketakutan kan? 



Pertama, aku takut pada penguntit. Setiap kali mengendarai sepeda motor sendiri, aku akan lebih sering melihat spion motorku untuk memastikan bahwa tidak ada orang yang membuntutiku dari belakang. Karena jika itu terjadi, pikiran-pikiran burukku akan segera bekerja dan membuatku merasa ketakutan. Aku takut kalau tiba-tiba orang yang di belakangku itu menodongkan senjata ke arahku, aku takut kalu tiba-tiba dia merampas tasku, aku takut kalau tiba-tiba dia menyerempet dan membuatku terjatuh, dan ketakutan-ketakutan lain yang selalu liar di kepalaku. 

Pernah kejadian, waktu itu aku pulang dari mengajar privat sekitar pukul 8 malam. Jam-jam segitu jalan menuju rumahku yang notabene melewati hamparan sawah seperti yang pernah aku tunjukkan di sini, sudah lumayan sepi. Dulu malah di jalan sepi itu sering terjadi penjambretan. Nah, waktu perjalaan pulang itu, hatiku was-was tidak karuan. Aku memacu sepeda motorku kencang sekali. Tiba-tiba, waktu aku melihat spion motorku, tepat di belakangku ada motor yang berjalan mengiringiku. Aku semakin deg-degan dan refleks motorku aku pacu semakin kencang. Setiap kali aku melihat ke spion, orang itu masih ada tepat di belakangku. Karena di jalan tidak ada penerangan sama sekali, aku tidak dapat melihat wajah pengendara di belakangku itu. Sampai akhirnya tiba di gang rumahku, sudah mulai ada penerangan di sini. Dan akhirnya aku dapat melihat wajah si penguntit itu. Alamak! ternyata dia Bapak! Bapakku! Ooohh, lega rasanya. Setelah sampai di rumah, dan aku konfirmasi ke bapak, ternyata beliau tadi mengkhawatirkanku, jadi beliau menungguku di persimpangan jalan. Katanya beliau sudah menghubungi ponselku beberapa kali tapi tidak ada jawaban. Ooooh, Bapak, ternyata si penguntit itu adalah Bapak yang mengawal anaknya. Ternyata ketakutanku dan pikiran-pikiran negatifku itu tidak terbukti. Hehehe.

Kedua, aku takut pada benang layangan. Sebenarnya ini lebih karena miris, bukan ketakutan. Hal ini aku alami semenjak Bapak mengalami kecelakaan gegara benang layangan. Dulu mulut Bapak pernah "sobek" dan mendapatkan beberapa jahitan karena tersangkut benang layangan waktu sedang berkendara di jalan. Membayangkan mulut bapak mengenai benang layangan dan kemudian tertarik hingga ke pipi itu membuatku merasa sangat miris. Dan semenjak itu, setiap kali melihat benang layangan aku teringat kembali peristiwa kecelakaan Bapak.

Ketiga, aku takut pada petir. Aku pernah terkena percikan petir! Entahlah. Aku sendiri juga antara percaya dan tidak. Hujan lebat, petir menyambar-nyambar, dan naik motor (lagi). Rasanya itu seperti tersengat aliran listrik. Tiba-tiba terdengar gemuruh yang menggelegar dan disertai dengan kilatan petir tidak jauh dari tempatku berjalan. Dan tangan kiriku yang memegang stang motor refleks mengibas ke atas karena merasa ada sengatan listrik. Oh! Itu merupakan pengalaman yang terlupakan! Dan membuatku semacam trauma hingga sekarang.

Keempat, aku menghindari hewan-hewan hama, seperti tikus dan kecoa. Hewan-hewan itu membuatku ingin menjauh dan bersembunyi dari mereka. Aku tidak ingin dekat-dekat dengan mereka. Titik.

Dan kelima, aku takut pada hantu. Apapun jenisnya, aku takut. Aku bukan salah satu orang yang memiliki indera keenam yang terbiasa melihat hal-hal seperti itu. Yaa meskipun aku belum memiliki pengalaman secara langsung dengan hantu (dan mudah-mudah tidak pernah), aku bisa mengatakan bahwa aku takut mereka. Melihat penampakan mereka di film-film saja sudah membuatku ketakutan, apalagi kalau harus berhadapan langsung. Aku tidak bisa membayangkan apa yang harus aku lakukan. Semoga hal ini tidak pernah terjadi.

Baiklah, dari ketakutanku yang pertama, kedua, ketiga, keempat, dan kelima, mana yang menurut kalian paling logis? Hahaha. Ada yang mengalami ketakutan yang sama atau ketakutan yang lain? Share yuk!

Sabtu, 07 Desember 2013

Hari ke 5: Welahan itu Indah!

Hai!

Kali ini aku akan menunjukkan lingkungan tempat tinggalku. Tempat yang belum terjamah gedung-gedung pencakar langit sama sekali. Hamparan sawah membentang sejauh mata memandang. Meskipun begitu, lingkungan tempat tinggalku ini tidak luput dari jangkauan polusi. Hanya saja jenis polusi di sini berbeda. Kalau di kota-kota besar polusi udara cenderung disebabkan oleh asap kendaraan bermotor, sedangkan di sini polusi itu disebabkan oleh asap pebakaran genteng dan batu bata. Iya, sebagian besar penduduk di sini bermata pencaharian sebagai petani. Ada petani padi, petani genteng, dan petani batu bata. Kalau musim tandur tiba, peandangan di sini aduhai indahnya. Apalagi ketika tiba waktu senja, kita dapat melihat pemandangan senja di atas hamparan padi yang baru menghijau. Tak usah bersusah payah membayangkan, ini aku ada potret langit menjelang senja di sana.

Foto ini aku beri sentuhan editing sedikit untuk mempertajam warnanya.

Pemandangan langit senja itu diambil di jalan yang tidak jauh dari rumahku. Sepanjang jalan itu, kanan dan kiri membentang luas hamparan padi. Aku selalu menyukai melewati jalan itu ketika tiba waktu senja. Selain itu, saat fajar menjelang, hamparan padi di sana berubah menjadi gumpalan kabut pagi yang terbentang bagaikan permadani. Yaa walau tidak setiap hari seperti itu, tapi aku beruntung pernah menikmati berjalan menyibak kabut di sepanjang hamparan sawah itu. Pada saat itu aku merasa seperti bidadari yang berjalan di kayangan. Hahaha, oke ini terlalu berlebihan. Sayang sekali aku tidak punya foto di saat-saat terindah seperti itu. Tapi ini sungguh benar terjadi, lain kali kalau aku mendapati yang seperti itu lagi akan segera aku tampilkan di sini. Janji!

Pemandangan-pemandangan indah itu akan segera menghilang ketika masa ngobong bagi petani genteng dan batu bata tiba. Lingkunganku akan segera dipenuhi dengan asap-asap pembakaran yang menghitam dan disertai dengan aroma yang agak menyengat. Kalau masa-masa ini sudah tiba, aku akan malas sekali pulang ke rumah, dan kalau pun aku di rumah, aku lebih banyak menghabiskan waktuku mengahadap ke depan kipas angin besar untuk mendapatkan udara segar :D

Nah, sekarang kita menuju ke rumahku. Maaf, ralat bukan rumahku, melainkan rumah orang tuaku tempat aku tinggal dan di besarkan. Rumah ini termasuk dalam rumah mungil. Dan seperti rumah-rumah di pedasaan pada umumnya, rumah ini tidak memiliki pagar pembatas di sekelilingnya, kanan kiri rumah langsung bersebelahan dengan tetangga. Bahkan sebelah kirinya berdempetan langsung dengan rumah Pak dhe (kakak laki-laki dari bapak).

Anak-anak di sini suka sekali bermain di rumahku. Yang di pojokan itu, mereka sedang bermain kyu-kyu :D

Foto itu diambil di teras rumahku. Yang terlihat di foto itu hanyalah sebagian teras rumahku, dan halaman rumah tetangga kananku. Sebenarnya halaman rumah ini tidak jauh dari halaman rumah tetangga sebelah yang tampak di situ. Hanya saja, di sudut halaman rumahku dibangun taman kecil oleh ibuku. Beliau menanam bunga warna-warni di sana. Dulu bahkan sempat banyak tertanam mawar di sana, namun karena cuaca dan udara yang kurang mendukung, mawar-mawar itu hanya berumur singkat. Dan sekarang tinggal bunga-bunga yang aku sendiri tidak tahu namanya. Selain itu, di halaman rumahku juga terdapat pohon belimbing. Yaa meskipun buah belimbingnya tidak terlalu istimewa, tapi kehadiran pohon ini mampu membuat rumahku terlihat tidak terlalu gersang.

Kehadiran pohon belimbing di halaman rumahku itu tidak hanya membuat angin segar untuk kami para penghuni rumah, tapi juga beberapa hewan yang ada di sekitar rumah. Aku sering menjumpai dua ekor kucing tetangga berkejaran di pohon belimbing. Mungkin mereka sedang bermain seperti adegan di film-film india itu. Aku juga pernah melihat seekor ayam milik tetangga yang terbang ke atas pohon belimbing ini. Pohon belimbing ini cukup tinggi untuk ukuran ayam yang jarang menggunakan sayapnya untuk terbang. Aku tidak tahu apa yang sedang dilakukan oleh ayam itu di atas sana. Mungkin kalian bisa membantuku memecahkan masalah ini, lihatlah!

Yang bisa nebak apa yang ayam itu lakukan, akan aku beri hadiah.

Baiklah, itu sedikit gambaran tentang lingkungan tempat tinggalku. Untuk kalian yang berada di sekitar tempat tinggalku ini atau kalian yang tertarik mengunjungi tempat tinggalku ini, silakan mampir. Aku akan dengan senang hati menyambut kedatangan kalian. 

Jumat, 06 Desember 2013

Tere Liye: Kau, Aku, dan Sepucuk Angpau Merah


Judul Buku             : Kau, Aku, dan Sepucuk Angpau Merah
Pengarang              : Tere Liye
Penerbit                 : Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit          : April 2012, cetakan ketiga
Jumlah Halaman     : 512 halaman
Harga Buku           : Rp 72.000,-

“Perasaan itu tidak sederhana satu tambah satu sama dengan dua. Bahkan ketika perasaan itu sudah jelas bagai bintang di langit, gemerlap indah tak terkira, tetap saja dia bukan rumus matematika. Perasaan adalah perasaan.”

Mengesankan! Mungkin itu ungkapan yang tepat untuk novel ini. Petuah cinta, kehidupan, kesehatan, bahkan keilmuan bisa kita dapatkan di sini.

Borno, pemuda bersahaja dari tepian Sungai Kapuas, yang hidup sebagai pengendara sepit. Sepit (dari kata speed) merupakan sebuah perahu kayu, sarana transportasi umum yang biasa digunakan untuk menyeberangi Sungai Kapuas. Kisah ini bermula ketika Borno harus kehilangan ayahnya saat ia masih berusia 12 tahun. Ayahnya meninggal karena terkena sengatan ubur-ubur ketika sedang mencari ikan. Dan betapa mulianya hati Ayah Borno. Beliau mendonorkan jantungnya sebelum meninggal. Ia bahkan tidak meminta uang sepeser pun dari hasil donor itu. Hebatnya, Borno mewarisi kebaikan dan ketulusan hati Ayahnya itu.

Borno tinggal bersama ibunya di rumah sederhana di tepian Sungai Kapuas, Pontianak. Sebelum menjadi pengendara sepit, ia pernah bekerja di pabrik karet, SPBU, bahkan menjadi penjaga pintu masuk kapal feri. Tak disangka, justru menjadi pengendara sepit inilah, Borno menemukan cinta sejatinya. Ketika sedang menarik sepit, ia menemukan sepucuk angpau merah tergeletak di atas sepitnya. Alih-alih membukanya, Borno mencari pemilik angpau merah itu dan berniat ingin mengembalikannya. Ternyata angpau merah itu milik gadis keturunan Cina bernama Mei. Dari sinilah cinta Borno bersemi. 

Hari-hari berikutnya, Borno semakin penasaran dengan gadis pemilik angpau merah itu. Ia menghafal bahwa tiap pukul 17.15 pagi, gadis itu menyeberangi Sungai Kapuas menggunakan sepit. Maka karena rasa penasaran dan keinginan untuk bertemunya itu, setiap pagi Borno selalu antre narik sepit diurutan tiga belas. Bagaimana pun caranya, dia harus bisa antre di urutan itu. Karena menurut perhitungannya, antrean nomor tiga belas tepat dengan jadwal menyeberang gadis itu.

Mei sebenarnya tinggal di Surabaya, ia datang ke Pontianak untuk praktik mengajar di salah satu sekolah yayasan. Saat kebiasaan menyeberang Sungai Kapuas dengan diantar sepit Borno itu berubah menjadi sebuah kedekatan, hal yang tidak diingankan terjadi. Masa praktik Mei di Pontianak telah habis, dan ia harus segera kembali ke Surabaya. Mereka pun berpisah. Ketika dalam masa sulit itu, Borno bertemu dengan Sarah, seorang dokter gigi yang masih sangat muda. Tak disangka, ternyata keluarga Sarah mempunyai hubungan khusus dengan keluarga Borno di waktu dulu. 

Setelah setahun lebih Borno menunggu, akhirnya kabar baik dari Mei pun datang. Ia kembali ke Pontianak. Ia kembali mengajar di sekolah yayasan tempat dia praktik dulu. Betapa bahagianya hati Borno mendengar kabar tersebut. Rutinitas seperti pada waktu pertama kali bertemu pun terulang kembali. Mei datang ke dermaga pukul 07.15 pagi dan sepit Borno berada di antrean nomor tiga belas. Semakin hari semakin dekat saja hubungan mereka, walaupun sebenarnya belum ada yang mengungkapkan perasaan masing-masing. 

Pada satu ketika, Mei dan Borno berencana untuk berkeliling Pontianak bersama. Pukul 09.00 pagi, mereka janjian bertemu di dermaga sepit. Karena tidak ingin terlambat, Borno berangkat lebih awal. Dengan perasaan gembira Borno menunggu pujaan hatinya itu. Namun hingga pukul 09.30 Mei tak kunjung datang. Perasaan Borno berubah menjadi cemas. Tidak biasanya Mei terlambat. Pukul 10.00 Mei masih belum datang. Akhirnya Borno memutuskan untuk pulang saja. 

Berhari-hari, berminggu-minggu, masih belum ada kabar dari Mei. Hingga pada suatu malam, Mei tiba-tiba menemui Borno. Namun ia datang dengan membawa kabar buruk. Kabar yang sama sekali tidak diinginkan Borno. 

***

Tidak seperti novel-novel percintaan lainnya, novel ini datang dengan membawa kisah cinta yang bersahaja. Berangkat dari kesahajaannya itu Kau, Aku, dan Sepucuk Angpau Merah mampu mengena di hati para pembacanya. Tanpa kata-kata puitis nan romantis, kisah Borno dan Mei mampu menginspirasi hanya dengan tingkah mereka yang lucu dan manis. Pembaca seolah tidak sedang membaca sebuah novel namun dibimbing untuk mengahadirkan memori kisah percintaan masa remaja. Semua orang pastilah pernah mengalaminya. Hati berdebar ketika akan bertemu dengan sang pujaan, malu-malu saat akan memulai pembicaraan, curi-curi pandang ketika sedang berduan, semua itu digambarkan dengan sederhana namun sangat akrab di hati para pembaca. Tanpa kita sadari, beragai realitas seperti ini sering sekali terjadi dalam kehidupan kita. Lingkaran-lingkaran tak kasat mata yang manghubungkan kita satu sama lain, seringkali muncul secara ajaib tanpa pernah diduga. Pernahkah Anda menyadari bahwa ada banyak benang merah yang muncul terlalu tiba-tiba ketika kita mengenal seseorang. Dan benang-benang itulah yang membangun kisah antara Borno dan Mei.

Dengan bahasa yang sederhana, Tere Liye mampu membuat pembacanya tertawa, tersenyum, tersipu malu, bahkan meneteskan air mata. Pembaca seakan terbawa alur cerita dan selalu ingin tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Dalam novel ini, alur maju terlihat sangat dominan, walaupun sesekali Tere Liye menampilkan kilas balik atau alur mundur. Hal itu sudah menjadi ciri khas di setiap karyanya. Bahasa yang ringan membuat pembaca tidak perlu berpikir keras untuk mencerna maksud dari penulis. 

Tak hanya kisah cinta, melalui novel ini kita juga menerima pelajaran hidup yang tak kalah inspiratif. Jika Anda sering membaca karya-karya Tere Liye, Anda pasti hafal bahwa dia selalu menampilkan sosok malaikat yang mampu menginspirasi. Begitu juga dengan novel ini. Tere Liye menghadirkan sosok Pak Tua yang selalu memberi petuah berdasarkan pengalamannya. 

Kau, Aku, dan Sepucuk Angpau Merah mengajarkan kepada kita bahwa cinta itu bukan sekedar kata-kata puitis dan rayuan gombal, melainkan cinta adalah perbuatan. Cinta sejati adalah perjalanan, tidak pernah memiliki ujung, tujuan, apalagi hanya sekedar muara. Kita selalu bisa memberi tanpa sedikit pun rasa cinta, tetapi kita tidak akan pernah bisa mencintai tanpa selalu memberi. Pesan yang ingin disampaikan yaitu ketika kita sedang banyak pikiran, gelisah, kita selalu punya teman dekat yang bisa jadi penghiburan, bukan sebaliknya tambah dihiraukan. Selain itu, novel ini juga menyampaikan bahwa sepanjang kita punya rencana, jangan pernah berkecil hati.

Pada dasarnya novel ini hampir tidak ada kelemahan. Hal itu disebabkan karena penulis secara cerdas dan apik menggambarkan keruntutan alur, deskripsi setting, dan eksplorasi kekuatan karakter. Dari segi isi, novel “Kau, Aku, dan Sepucuk Angpau Merah” ini hampir tidak ada cela. Namun terdapat sedikit kekurangan pada segi tampilannya. Cover dari novel ini terkesan kurang menarik. Dari pemilihan warna, bentuk huruf, dan ilustrasi gambar belum semenarik kisah di dalamnya.  

Selasa, 03 Desember 2013

Hari ke 4: Lelaki Pencuri Hatiku

Hai!

Hari ini aku ingin membeberkan sedikit isi dari folder "mas-mas ganteng" di laptopku. Iya, aku punya folder seperti ini di laptop. Nih buktinya.

:D
Kenapa aku bisa menyimoan foto-foto mereka? Ya karena aku mengagumi mereka. Ada yang macho, ada yang cute, itu semua bergantung mood. Hahaha. Berikut ini akan aku tunjukkan foto-foto mereka dan aku urutkan dari yang paling aku suka.

1. Reza Rahadian

Reza lagi nganga aja tetep cakep ye! Pfft.
Aktor yang beberapa kali memenangkan penghargaan dalam Festival Film Indonesia ini memang memiliki bakat akting yang luar biasa. Hal itulah yang membuatku mengagumi sosok Reza Rahadian. Bakat aktingnya terlihat menonjol pada saat dia memerankan bapak Habibie dalam film Habibie Ainun. Dalam film itu, Reza dapat memerankan sosok Habibie sesuai dengan karakter yang lekat pada bapak Habibie. Salah satunya yaitu cara bicara bapak Habibie. Ketika menonton film ini, aku antara geli dan kagum, melihat Reza berbicara persis seperti bapak Habibie. Dan peran Habibie ini berhasil membuat Reza menerima penghargaan Pemeran Utama Pria Terfavorit 2013 dalam Indonesian Movie Award.

Hampir Semua film yang diperankan oleh Reza selalu membuatku penasaran untuk segera menontonnya.  Di antara semua penampilan Reza, aku lebih menyukai saat dia memiliki jambang dan brewok tipis di sekitar pipi dan dagunya. Menurutku, penampilan Reza dengan jambang seperti itu membuat tingkat kegantengan dia meningkat 90% di mataku. Dan saat ini aku sedang menantikan tanggal 19 Desember, karena pada tanggal itu film terbarunya yang berjudul Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck akan dirilis di seluruh bioskop di Indonesia. Aku sudah tidak sabar menantikan tanggal 19 Desember ini!

2. Rio Dewanto

Lirikan matamu mas *,*
Aku menyukai si Chinese berbrewok tipis ini sejak dia bermain dalam Film Televisi di SCTV. Waktu itu secara berturut-turut SCTV menayangkan FTV yang diperankan oleh Rio Dewanto. Lama-kelamaan hal itu mebuatku penasaran pada sosok baru ini dan akhirnya membuatku mengaguminya. Kalau lihat dia lagi senyum atau tertawa aduhai manisnya! Jantung ini serasa mau copot. 

Dua aktor Indonesia itu berhasil merebut hatiku di posisi pertama dan kedua. Nah urutan selanjutnya jatuh pada aktor-aktor mancanegara. Simak kegantengannya berikut ini!

3. Andrew Garfield

Emmmmm..
Aku mengenal sosok Garfield ini saat dia memerankan spiderman dalam film The Amazing Spiderman. Mungkin ini bisa dibilang mengagumi pada pandangan pertama kali yaa. Penampilan Garfield begitu menarik sehingga membuatku jatuh hati. Uhuk.

4. Mario Maurer

Uhhh..
Aktor Thailand ini membuatku terkagum-kagum ketika melihatnya berakting dalam film yang berjudul The Love of Siam. Walaupun penampilannya tidak berjambang seperti beberapa aktor yang sudah aku sebutkan di atas, Mario ini memiliki wajah yang cute dan enak untuk dilihat. 


5. Liam Payne

Yes, I do! I DO!!!
Kalau yang ini bisa disebut aktor juga nggak ya? Bisa lah ya, walaupun agak maksa sih. Salah satu personil One Direction ini memang belum pernah berakting dalam film, kecuali film dokumenter bersama boybandnya itu. Yang aku suka dari Liam adalah alis tebalnya. Iya, alisnya itu membuat tatapan Liam tajam dan menusuk hingga ke paru-paru. Apalagi kalau di sekitar dagunya ada jambang tipis. Beuh!


Itulah urutan aktor ganteng dari yang paling aku suka. Kalau melihat dari kelimanya, dapat disimpulkan bahwa aktor yang mampu menarik hatiku adalah mereka yang macho dan mempunyai jambang tipis! That's the point! Ahaha. Dan ini ada satu lagi tambahan laki-laki berjambang yang sangat sangat aku kagumi. Dia tidak berasal dari dunia perfilman, tapi karyanya sudah terkenal hingga ke mancanegara. Dan, suara merdunya selalu terdengar di semua gadget yang aku punya.

Adam Levine

It's just a feeling, just a feeling, just a feeling that i have ~

Oke, sampai ketemu dipostingan selanjutnya ya!