Laman

Selasa, 24 Desember 2013

Hari ke 12: Acara Tv Favorit? Baca ini Dulu!

Hai!

Pagi tadi, aku dibangunkan oleh adik kecilku yang baru duduk di bangku kelas 1 SD. Dia diam-diam masuk menyelinap ke kamarku, dan merangkak di sampingku. Aku terbangun karena gerak-geriknya. Tiba-tiba dia menunjuk novel yang berada di sebelahku. Novel itu memang sedang aku baca, dan semalam sebelum tidur aku sempat membacanya sebentar, tidak aku letakkan di meja tapi aku biarkan saja tergeletak di sebelahku. Novel itu memiliki gambar sampul sebuah ilustrasi seseorang yang memakai setelan jas dan memiliki hidung panjang ke depan.

Adik: (sambil menunjuk novel) Mbak itu kok hidungnya panjang?
Aku: (masih agak ngantuk) Iya, itu kayak pinokio
Adik: .............
Aku: (tiba-tiba tersadar) Eh? Adek nggak tau pinokio??
Adik: Enggak. Pinokio apa?

Astaga! Aku lupa kalau sekarang cerita pinokio tidak pernah diputar lagi di televisi Indonesia.

Kemudian aku menjelaskan kepada adik bahwa pinokio adalah tokoh anak kecil, dia kalau sedang berbohong hidungnya akan bertambah panjang. Adik mendengarkan dan hanya manggut-manggut saja. Aku prihatin, adikku tidak mengetahui cerita pinokio. Waktu aku kecil, film pinokio ini sering sekali diputar di televisi dengan beberapa versi yang berbeda. Ada yang versi animasi, versi orang, versi barat, atau pun versi Indonesia. Dulu aku suka sekali menonton yang versi animasinya. Sekarang? Bahkan satu versi pun tidak ada yang diputar di televisi lagi. Padahal cerita pinokio itu sarat makna. Banyak nilai-nilai yang dapat diteladani dari tokoh pinokio itu. 

Kalau adikku tidak mengenal pinokio, bisa jadi anak-anak seumuran adikku juga tidak mengenalnya. Adikku justru lebih mengenal Olga syahputra, Tara Budiman, dan Billy yang saat ini sedang populer di salah satu program televisi. Program yang justru cenderung membuat anak-anak menjadi trauma, karena program itu menyajikan kekerasan dan saling mengejek. Selain itu, program drama yang saat ini diputar di televisi Indonesia yaitu drama bergenre percintaan orang dewasa, kekerasan, dan horor. Tidak ada yang sesuai dengan kondisi psikologi anak seusia adikku. Miris sekali.

Dulu, waktu aku seusia adikku, aku bisa pilih program televisi sesuai dengan kegemaranku. Senin-Jumat aku menonton Keluarga Cemara setiap pukul 13.00 WIB. Ini drama berseri yang menurutku banyak nilai-nilai kehidupan di dalamnya. Keluarga Cemara ini merupakan kisah sebuah keluarga sederhana sama seperti keluargaku saat ini, namun sedikit didramatisir di beberapa konfliknya. Yaaa namanya juga sinetron. Eh, dulu aku belum berpikiran semacam ini ya :D

Bandingkan dengan drama berseri atau sinetron zaman sekarang. Apa yang bisa diteladani dari anak kembar keluarga betawi yang memiliki kepribadian tomboy cenderung cablak dan kepribadian feminim cenderung oneng, yang tertukar sejak bayi dan tiba-tiba bertemu lagi ketika sudah berajak besar? Sinetron itu justru menghadirkan kekerasan dibalut silat Betawi. Dari segi nasionalisme memang bagus, sinetron ini mengangkat unsur budaya, namun dari segi moral? Nilai moral apa yang terkandung dari adegan seorang anak bisu dan berkacamata yang dibully, dirampas kacamatanya hingga jatuh dan hancur diinjak?

Aku merindukan hari minggu dengan maraton animasi anak. Dulu setiap hari minggu jam 7 pagi, aku menonton animasi Hamtaro, pukul setengah 8 pagi aku menonton Crayon Sinchan, pukul 8 pagi aku menonton Doraemon, pukul 9 pagi aku menonton Detektif Conan, maraton ini berlangsung terus hingga pukul 12 siang. 

Bagaimana dengan tayangan televisi di hari minggu pagi saat ini? Pukul 7 pagi diisi dengan program infotainment, pukul stengah 8 Crayon shincan, pukul 8 Doraemon, pukul setengah 9 Bima Sakti, dan setengah 9 acara musik alay hingga pukul 11. Bagaimana adikku dan adik-adik yang lain dapat menikmati tayangan masa kecilnya? Nanti kalau mereka sudah besar, apa yang bisa mereka ceritakan tentang acara televisi masa kecilnya? Bisakah mereka bercerita seperti aku saat ini? Aku takut kalau mereka justru menceritakan acara lawakan yang mengajari mereka mengejek teman.

Bagi kalian yang memiliki adik yang seumuran dengan adikku, atau kalian yang turut prihatin dengan permasalahan ini, mari kita kenalkan kepada saudara-saudara kecil kita itu tokoh-tokoh yang bermoral dan patut diteladani. Aku berharap dunia pertelevisian kita dapat melakukan rotasi perkembangan seperti dunia fashion saat ini. Apa yang populer di zaman dulu dapat diangkat kembali dan mengulang kepopuleran zaman dulu.

Baiklah, cukup untuk ceritaku hari ini. Semua yang aku ungkapkan di sini hanyalah pemikiran dan perasaanku saja. Jika ada yang ingin menanggapi, silakan share di comment box ya!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pembaca Dermawan nulis komentar, Pembaca Sopan follow Ulfah Mey Lida's Blog, Pembaca Budiman nulis komentar dan follow Ulfah Mey Lida's Blog.