Laman

Selasa, 10 Desember 2013

Kaum Hawa, Jangan Sepelekan Sakit Perutmu!

Hai!

Bagaimana kabar kalian hari ini? Sehat semua kan? Mudah-mudahan tidak sedang sakit perut seperti yang baru aku alami sekarang. Sakit perut bulanan. Kaum hawa pasti tahu maksudnya.

Kali ini aku ingin membagi cerita berkaitan dengan sakit perut langganan wanita setiap bulannya. Sakit perut bulanan ini timbul akibat berprosesnya darah kotor di dalam tubuh wanita. Darah-darah kotor ini berproses sedemikian rupa sehingga dapat keluar dan disebut sebagai darah menstruasi. Itu penjelasan sederhana berdasarkan pengetahuanku sendiri.



Ibuku memiliki seorang karyawati yang membantu bisnis rumahannya sehari-hari. Aku memanggil karyawati ibuk ini "Mbak Al". Sudah lama Mbak Al ikut bekerja dengan Ibuk. Mbak Al ini memiliki siklus menstruasi yang tidak beres. Aku sering sekali mendapati Mbak Al terkapar di mushola rumah setiap kali dia menstruasi. Aku sendiri, setiap kali menstruasi memang selalu sakit perut, namun tidak pernah sampai jatuh terkapar seperti Mbak Al itu. Umumnya, wanita mengalami menstruasi itu selama kurang lebih satu minggu. Selama satu minggu itu, biasanya aku mengalami sakit perut hanya di tiga hari pertamanya saja. Akan tetapi, hal ini tidak berlaku bagi Mbak AL. Dia terkapar di tempat tidur selama satu minggu penuh karena sakit perutnya itu. Ibuku selalu curiga dengan yang dialami Mbak Al dan menyuruhnya untuk memeriksakan ke dokter. Berkali-kali Ibuku membujuk Mbak Al untuk ke dokter, namun dia selalu menolak dengan alasan takut. Dia lebih memilih untuk menahan rasa sakitnya itu setiap bulan. Dari pihak keluarganya sendiri tidak ada yang perhatian dengan sakit yang dialaminya itu. Yang cerewet justru Ibuku, atasannya.

Karena geregetan, akhirnya Ibuk membawa paksa Mbak Al ke dokter dengan diantar bapak. Pertama kali, Ibuk membawanya periksa ke dokter umum. Alangkah terkejutnya mereka ketika dokter menjelaskan bahwa Mbak Al terindikasi tumor kandungan. Dokter kemudian meminta untuk memeriksakannya ke dokter spesialis agar dapat diketahui lebih jelas detail penyakitnya. 

Selang seminggu kemudian, Ibuk kembali membawa paksa Mbak Al untuk periksa ke dokter spesialis kandungan. Di sana, Mbak Al diminta untuk melakukan proses rongent. Dari hasil rongent ini diketahui bahwa tumor kandungan itu menempel pada dinding rahim Mbak Al. Hal inilah yang menyebabkan setiap kali Mbak Al menstruasi, dia mengalami sakit perut yang luar biasa. Waktu itu dokter tidak menyarankan untuk dilakukan operasi, dokter justru malah menggoda Mbak Al dengan memberi saran untuk segera menikah. Katanya, kalau menikah dan punya anak nanti, tumor itu akan "menghilang" dengan sendirinya. Kebetulan Mbak Al memang sudah cukup umur dan belum menikah. Dokter menjelaskan, sebenarnya bisa saja kalau tumor itu dioperasi, namun dokter tidak ingin mengambil resiko kalau selaput dara Mbak Al sobek. Seperti yang kita tahu, budaya Indonesia masih mengutamakan keperawanan seorang wanita di atas segalanya. Kalau dilakukan operasi dan selaput darahnya sobek, maka operaasi itu tidak hanya mengambil tumor Mbak Al, tetapi juga merenggut keperawanannya. Maka dari itulah, dokter hanya bisa memberikan obat penghilang rasa sakit dan obat untuk meminimalisasi perkembangan tumor. 

Hari-hari berikutnya, terlihat perkembangan yang cukup membaik, karena Mbak Al patuh mengonsumsi obat yang diberikan dokter secara rutin. Setiap kali menstruasi, hanya sehari dua hari saja Mbak Al mengeluh kesakitan pada perutnya. Hari demi hari hingga bulan demi bulan mulai berganti, Mbak Al sudah jarang mengeluh. Hingga tiba-tiba Mbak Al bercerita kepada Ibuk bahwa dia sekarang justru jarang menstruasi. Siklusnya menjadi tiga bulan sekali atau bahkan lama sekali tidak menstruasi. Ibuk kembali tidak tenang dan meminta Mbak Al untuk memeriksakannya ke dokter lagi. Dan seperti biasa, Mbak Al menolak. Dia justru ingin berpindah ke pengobatan alternatif seperti yang dibicarakan teman-temannya. Dia mendengar dari temannya bahwa pengobatan alternatif di Pak Anu dapat menyembuhkan penyakit apapun. Waktu itu Ibuk berpikir memang tidak ada salahnya mencoba pengobatan alternatif, karena Mbak Al memang menolak untuk dioperasi dan juga belum memiliki calon suami. Jadilah Mbak Al, Ibuk, dan Bapak, pergi ke pengobatan alternatif Pak Anu.

Aku tidak tahu pasti, bagaimana pengobatan alternatif ini dilakukan, berdasarkan cerita Ibuk, setiap kali berobat ke sana, Mbak Al selalu dipijat di bagian perutnya. Seminggu dua kali Ibuk rutin mengantar Mbak Al berobat ke Pak Anu. Hingga beberapa bulan akhirnya Pak Anu menyatakan bahwa proses pengobatan itu berjalan lancar dan akan segera berakhir, tinggal satu kali pengobatan lagi maka penyakit Mbak Al akan sembuh. Pengobatan terakhir tidak dilakukan seperti biasanya, sebelum melakukan proses pengobatan, Pak Anu meminta persetujuan kepada Mbak Al, serta Bapak dan Ibuk sebagai pihak terdekat Mbak Al yang berada di sana waktu itu. Proses pengobatan yang akan dilakukan ini dengan memasukkan bulatan kapas sebesar biji buah jeruk yang sudah diberi obat ramuan ke dalam alat vital Mbak Al. Bagaimana cara memasukkannya? Hanya Mbak Al, Pak Anu, dan Tuhan yang tahu, karna proses itu dilakukan di bilik yang tertutup. Selesai memasukkan kapas itu, Mbak Al diminta untuk membeli air dalam botol ukuran satu liter yang terisi penuh agar pengobatan tadi dapat berjalan tanpa hambatan. Harga satu botol air itu hampir sekitar Rp1.000.000,00. Dan Mbak Al pun menyetujuinya.

Seperti pada pengobatan sebelumnya, selesai menjalani pengobatan alternatif ini pun Mbak Al patuh meminum air mujarab yang diberikan itu secara rutin. Beberapa bulan selanjutnya Mbak Al juga tidak terlihat mengeluh kesakitan lagi, namun hal itu berlangsung tidak lebih lama dari pengobatan yang sebelumnya. Waktu tiba masa menstruasi, Mbak Al justru langsung drop bahkan tidak sadarkan diri. Keluarganya langsung melarikan ke puskesmas terdekat. Dari puskesmas itu, Mbak Al mendapat rujukan untuk dibawa ke rumah sakit. Dengan bantuan ambulance dari puskesmas, pihak keluarga memboyong Mbak Al ke rumah sakit swasta di kabupaten ini. Bapak dan Ibuk menyusul ke rumah sakit beberapa jam kemudian. Ketika Bapak dan Ibuk sampai sana, ternyata Mbak Al dan keluarganya masih berada di ruang tunggu. Mbak Al yang sedang dalam kondisi terkapar itu tidak mendapatkan penanganan darurat oleh pihak rumah sakit. Ibuk kaget bukan main. Kemudian keluarga Mbak Al menjelaskan kepada Ibuk bahwa dokter yang bertugas pada hari itu sedang keluar dan pihak rumah sakit meminta agar pasien yang menggunakan jamkesmas untuk menunggu sampai dokter itu datang. Keluarga Mbak Al sudah berusaha meminta penanganan darurat atau paling tidak fasilitas yang memadai untuk pasien yang hampir sekarat seperti Mbak Al waktu itu. Namun pihak rumah sakit tetap menolak. Sungguh ironis kejadian waktu itu. Hanya karena tidak menjanjikan biaya pengobatan, pasien yang hampir sekarat tega ditelantarkan oleh pihak rumah sakit.

Akhirnya ibu berinisiatif untuk kembali ke puskesmas dan meminta rujukan ke rumah sakit di kabupaten sebelah. Singkat cerita, Mbak Al pun dirujuk kembali ke rumah sakit di kabupaten sebelah. Pelayanan di rumah sakit ini berdeda 180 derajat dari rumah sakit sebelumnya. Ketika Mbak Al diturunkan dari ambulance, beberapa perawat dan dokter magang langsung menghampiri. Mereka memberikan bermacam-macam pertanyaan yang berkaitan dengan kondisi Mbak Al. Tidak berselang lama, Mbak Al sudah berada di ruang gawat darurat. Kartu Jamkesmas yang dibawa keluarga diterima pihak rumah sakit tanpa mengurangi pelayanan prima yang diberikan. Bersyukur sekali masih ada rumah sakit yang tidak membeda-bedakan pasiennya. 

Saat ini Mbak Al sudah tidak dirawat di rumah sakit. Dia memutuskan untuk berobat jalan saja, karena tindakan operasi masih enggan dipilihnya. Pilihan untuk menikah pun tidak kunjung datang. Dokter hanya bisa membantunya dengan memberikan obat pereda rasa sakit dan anjuran agar Mbak Al menjaga kebugaran tubuhnya. Sudah hampir setengah tahun ini Mbak Al melakukan berobat jalan. Dia sudah jarang mengeluh sakit sekarang, namun kondisi tubuh dan berat badannya semakin berkurang. Aku, Ibuk, dan Bapak hanya bisa mendoakan kesembuhan Mbak Al, karena sekarang Mbak Al sudah tidak bekerja di rumah lagi. 

Semoga kalian dapat mengambil hikmah dari kisahku ini. Dan jika berkenan, mohon bantu mendoakan untuk kesembuhan Mbak Al. Terima kasih sudah membaca :)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pembaca Dermawan nulis komentar, Pembaca Sopan follow Ulfah Mey Lida's Blog, Pembaca Budiman nulis komentar dan follow Ulfah Mey Lida's Blog.