Laman

Senin, 25 November 2013

Pendidik itu harus Smart!

Hai!

Beberapa hari yang lalu, secara tidak sengaja aku membaca kicauan Andi Gunawan yang membicarakan lomba ngeblog dari Emak Gaoel. Dengan kesadaran yang belum sepenuhnya terkumpul, kicauan itu hanya aku tandai sebagai favorit, tanpa meninjau tautannya terlebih dahulu. Beberapa jam berikutnya baru aku buka dan aku baca tautan tersebut. Ternyata ada perlombaan menulis kreatif dalam rangka ulang tahun Blog Emak Gaoel yang ke-5. Hati-hati sekali aku membaca penjelasan lomba itu, dan akhirnya aku memutuskan untuk mengikutinya. Selain hadiahnya yang membuatku tergiur, kesempatan untuk memiliki pengunjung blog juga membuatku tertarik. Hahaha, kalian tidak tahu kan bagaimana tatapan nanarku ketika melihat statistik pengunjung blog ini. Selain itu, alasanku tertarik mengikuti lomba ini yaitu aku memperoleh ide menulis. Dengan beberapa persyaratan yang diberikan justru membuatku tertarik dan memunculkan ide-ide segar di kepalaku. Itung-itung nambah jumlah postinganlah yaa.

Baiklah, mari kita mulai saja perlombaan ini.

Sekarang ini aku sedang menekuni pekerjaanku membimbing siswa-siswi SMP untuk belajar Bahasa Indonesia di luar jam sekolah. Aku yang notabene Sarjana Pendidikan Bahasa Indonesia ini kebetulan belum mendapat kesempatan untuk mengajar pada jam sekolah. Pekerjaan yang aku lakukan ini sebenarnya tidak jauh berbeda dengan pekerjaan mengajar di sekolah, hanya saja jumlah siswa yang aku ampu cenderung lebih sedikit. Dalam satu kelas hanya tersedia maksimal sepuluh kursi untuk siswa. Dengan jumlah siswa yang lebih sedikit itu, aku mampu membelajarkan Bahasa Indonesia secara lebih efektif. Aku justru dapat membimbing satu-persatu dari mereka ketimbang pembelajaran pada saat jam sekolah.

Aku menikmati saat-saat bertemu dengan mereka, bercengkerama dengan mereka, menjawab pertanyaan-pertanyaan mereka, dan memberikan pengertian-pengertian yang belum mereka pahami. Dan satu hal yang membuatku senang dan ketagihan untuk melakukannya, yaitu mendapati mata mereka hanya tertuju padaku. Kilatan sinar dari mata mereka menggambarkan bahwa mereka sedang mendengarkanku dan dapat mencerna setiap penjelasanku. Juga tatapan ingin tahu yang mereka tunjukkan itu yang membuatku merasa smart. Ketika perhatian mereka tertuju padaku, ketika itu pula aku merasa bahwa mereka percaya padaku. Mereka membuatku smart dengan mempercayakan pertanyaan-pertanyaan yang sulit mereka pahami itu kepadaku. Perasaan semacam itulah yang membuatku ketagihan untuk menggali ilmu lebih banyak lagi agar dapat mempertahankan tatapan itu terhadapku.

Terkadang ada beberapa siswa yang memberikan kepercayaan lebih kepadaku. Mereka mempercayaiku untuk mendengarkan kisah pribadinya. Di sela-sela PR akademis mereka yang aku bantu selesaikan, PR realita sosial pun ikut aku perhitungkan. Mendengarkan mereka bercerita menjadi salah satu hal yang menyenangkan bagiku. Justru dengan sikap mereka yang seperti itu, aku merasa diterima dan dihargai. Hal ini menjadi semacam hubungan timbal balik antara guru dan siswa. Apa yang guru sampaikan dapat siswa terima dengan baik dan apa yang siswa bicarakan dapat guru dengarkan dengan penuh pengertian. Menurutku, ketika dua hal ini dapat berjalan dengan seimbang, maka indikator pada setiap kompetensi dasar pun akan lebih mudah dicapai.

ini salah satu kelas yang aku ampu

Ketika tiba saat pembagian hasil belajar mereka di sekolah, perasaan deg-degan pun hinggap padaku. Karena sedikit banyak dari cara belajar mereka terdapat campur tanganku. Beberapa permasalahan yang belum dapat mereka pecahkan di sekolah, mereka selesaikan bersamaku. Beberapa hal yang belum mereka mengerti dari penjelasan guru di sekolah, mereka tanyakan kepadaku. Sehingga pada saat mereka datang kepadaku dengan menunjukkan hasil belajar yang memuaskan, perasaan bangga dan bahagia membuncah dalam hatiku. Itu berarti apa yang selama ini aku sampaikan dapat mereka terima dengan baik. Hal-hal yang sebelumnya kurang mereka pahami, dapat mereka cerna lebih baik melalui penuturanku. Dan, sorot mata yang menunjukkan kepercayaan yang mereka tunjukkan kepadaku itu tidak sia-sia dengan perolehan nilai akademis yang memuaskan.

Meskipun aku belum berkesempatan melakukan pembelajaran pada jam sekolah, namun aku tetap membagikan ilmu yang aku punya dengan sepenuhnya. Meskipun aku belum berseragam PGRI seperti guru-guru yang lain, tapi aku dapat membuat mereka mengerti dengan pemahamanku yang sederhana. Sapaan "bu" yang mereka sampaikan kepadaku menunjukkan penerimaan akan statusku. Kebiasaan mencium tangan yang mereka lakukan terhadapku juga yang membuatku berat untuk meninggalkan pekerjaan ini. Penerimaan yang mereka tunjukkan kepadaku secara tidak langsung memunculkan semangat tersendiri bagiku untuk menjadi pendidik yang lebih baik. Seorang pendidik yang smart dan bisa diandalkan oleh siswa juga orang-orang disekelilingnya.

Yang aku sayangkan di sini adalah hampir kebanyakan orang di lingkungan tempat tinggalku menganggap bahwa seseorang yang disebut guru merupakan orang yang melakukan pengajaran di sekolah. Dengan kata lain, kegiatan yang selama ini aku kerjakan belum mampu membuatku diakui sebagai seorang guru. (mungkin) Mereka menganggap apa yang aku lakukan saat ini hanyalah untuk mengisi waktu luang. Ada pula orang yang mengatakan bahwa pekerjaan yang sedang aku tekuni saat ini tidak dapat memberi penghidupan yang menjanjikan. Terus terang saja, hal itu sedikit menggelitik benakku. Jika dilihat dari segi penghasilan, memang benar jika gaji yang aku dapatkan jauh lebih sedikit ketimbang uang saku bulananku semasa kuliah. Hahaha. Apa yang aku lakukan saat ini bukanlah untuk mengejar pengakuan ataupun penghasilan. Karena bagiku, pekerjaan adalah ketika merasa puas dengan apa yang kita kerjakan, dan ketika kita dapat berkata bahwa memang di sinilah tempatku berada. Dan itu dapat aku temukan dalam pekerjaanku saat ini. Aku yakin , jika aku melakukan pekerjaan ini dengan sepenuh hati, aku dapat menghasilkan sesuatu yang menjanjikan. Jika aku dapat menekuni pekerjaan ini dengan baik, aku yakin akan memperoleh hasil yang lebih. Dan yang paling penting, aku harus smart!

Aku kira cukup untuk kisah mengajarku kali ini. Jadi bagiku, smart adalah ketika semua mata hanya tertuju padamu, ketika sebuah kepercayaan diberikan kepadamu, serta ketika sebuah tanggung jawab dibebankan kepadamu dan kamu dapat mempersembahkannya dengan baik.

Terakhir, selamat ulang tahun Blog Emak Gaoel dan selamat hari Guru bapak ibu PGRI. Semoga apa yang kita lakukan selama ini dapat bermanfaat bagi orang lain. Terus berkarya untuk masa depan bangsa yang lebih baik. 



2 komentar:

  1. Haloo, Emak Gaoel mampir ngecek-ngecek peserta.
    Terima kasih ya sudah ikut meramaikan Ultah Blog Emak Gaoel.
    Good luck! ^_^

    BalasHapus
    Balasan
    1. Makasih udah mampir mak. Jangan lupa dimenangin! Emuah :*

      Hapus

Pembaca Dermawan nulis komentar, Pembaca Sopan follow Ulfah Mey Lida's Blog, Pembaca Budiman nulis komentar dan follow Ulfah Mey Lida's Blog.