Laman

Jumat, 30 Mei 2014

Cerita Kita Tak Sesingkat Senja

Hai!


Entah kapan terakhir kali aku memimpikan senja di akhir purnama. Merengkuh setiap rona jingga dalam bias cahaya bersama seorang pujangga. Menikmati buih demi buih yang membawa senja pada titik pudarnya.

Entah sejak kapan aku terbiasa mendambanya. Menanti saat-saat Surya mendekat pada pusara. Hingga tergambar awan mega jingga merona.

Entah..

Entah harus kugambarkan dengan apa, saat kemarin kamu membawaku pada pujaanku itu. Rona di wajahku hampir sama seperti rona langit sore itu. Kicauan burung senja seperti meneriakkan kerinduan. Kerinduan yang tak pernah pudar meski waktu enggan memberi kesempatan. 

Kemarin, akhirnya, aku bisa meneriakkan, senandung senja, bersama orang yang paling kudamba. Berkecipak pada jingga dalam tawa yang menggema. Dan membisikkan nafas cinta di kala senja mulai menggelayut manja.


Terima kasih telah setia menanti senja sejak cinta masih belia. Selalu memberikan rona jingga pada hati yang memuja. Dan menjaga pesonanya agar tak pudar di lesapan bayang-bayang.


Aku nantikan senja di penghujung purnama berikutnya. 

Salam sayang.

2 komentar:

Pembaca Dermawan nulis komentar, Pembaca Sopan follow Ulfah Mey Lida's Blog, Pembaca Budiman nulis komentar dan follow Ulfah Mey Lida's Blog.