Laman

Sabtu, 22 Februari 2014

Senyum Palsu untuk Malam Minggu

Hai!

Selamat malam!

Semangat menikmati weekend

Ooh, aku masih berusaha bisa bersemangat menikmati weekend seperti kalian. Ada beberapa hal yang membuatku harus memasang senyum palsu. 



Pertama, aku baru saja ditinggalkan teman seperjuanganku selama 4 tahun semasa kuliah. Beliau meninggal sangat mendadak, bahkan tanpa kabar dan pertanda macam-macam. Tiba-tiba saja kemarin kami menemukannya tertidur dengan tubuh yang sudah kaku. Padahal semalam beliau masih baik-baik saja, tidak sakit atau apapun. Sungguh, ini berita yang sangat mendadak bagi kami dan tentu saja keluarga almarhum. Semasa kuliah, beliau teman yang baik, partner kerja yang komunikatif, juga lawan bercanda yang sangat menyenangkan. 4 tahun mengenalnya, 4 tahun membekaskan kenangan indah bersamanya. Aku mewakili keluarga meminta maaf atas kesalahan yang pernah dilakukan beliau, baik disengaja maupun tidak. Beliau orang baik, sudah sepantasnya beliau mendapatkan tempat terbaik di Surga dan di hati orang-orang yang ditinggalkannya.

Aku berharap hari ini, duka itu dapat digantikan dengan rasa ikhlas. Ikhlas melepas beliau menuju haribaanNya. Mungkin beliau memang terlalu sempurna untuk disebut sebagai manusia. Untuk itulah Sang Maha Kuasa memanggilnya untuk dijadikan malaikatNya. Aditya Pradana, malaikat baru Tuhan yang akan menjaga kita semua. Amal dan Budi baikmu akan selalu menginspirasi kami, Dit. Bahagia di sana ya, ingat, jangan "keta-kete"! :")

Alm. Aditya Pradana, S.Pd.

Ok, itu tadi kisah sedihku yang menjadi salah satu penyebab weekendku kali ini menjadi murung. Lanjut ke alasan kedua, saat ini aku merasakan ke'semrawut'an di lingkungan kerjaku. Sekolah tempatku mengajar saat ini, sedang mengalami pailit dari segi pengajar. Menyedihkan sekali setiap hari aku harus menatap wayah-wayah berharap dari siswa-siswiku. Wajah berharap bahwa mereka akan mendapatkan ilmu baru. Dan harapan itu harus mereka kubur dalam-dalam karena sosok guru yang mereka nantikan tak kunjung datang. Aku bisa apa? Kalaupun turun tangan, aku harus minta ampun karena tidak mampu mengampu keenam kelas yang ada.

Aku memang masih terhitung baru dalam dunia kerja ini, namun aku bukan anak baru dalam hal pendidikan. Semenjak TK hingga lulus kuliah, aku berada dalam pendidikan formal. Bahkan saat ini aku menyandang gelar sarjana pendidikan. 4 tahun aku mempelajari seluk beluk dunia pendidikan dan kegiatan belajar mengajarnya. Jadi, aku tahu persis bagaimana rasanya belajar di sekolah, bertemu teman baru dan mendapat ilmu baru. Aku juga tahu persis bagaimana seharusnya menjadi seorang pengajar. 

Jangan pernah meremehkan seorang pengajar, pun dengan siswa-siswi yang mereka ampu. Keduanya saling berkaitan, saling membutuhkan. Jika salah satunya tidak ada, mereka akan pincang. Persis seperti sekolah tempatku mengajar saat ini. Entah apa dan siapa yang menjadi sebab dalam permasalahan ini. Yang pasti, aku kurang setuju jika siswa-siswiku harus menanggung akibatnya.

Begitulah.. beberapa hal yang mengganggu weekendku kali ini. Aku berharap semua itu segera berakhir.

Terakhir, selamat menikmati weekend, selamat bermalam minggu, dan selamat mengakhiri kisah sendu. Sampai ketemu lagi! :D

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pembaca Dermawan nulis komentar, Pembaca Sopan follow Ulfah Mey Lida's Blog, Pembaca Budiman nulis komentar dan follow Ulfah Mey Lida's Blog.