Laman

Rabu, 31 Desember 2014

Ini Kilas Balikku, Bagaimana Denganmu?

Hai!

Selamat pagi di penghujung hari!

Aku rasa saat ini hampir semua orang menulis kilas baliknya selama satu tahun. Yah, tak terkecuali aku. Tapi itu hanya akan terjadi jika aku tidak melakukan kecerobohan kemarin. Hhhh. Aku masih gondok sebenarnya. Draft tulisan itu aku simpan di Keep, dan saat aku akan memindahkannya ke blogger, jari tanganku tidak sengaja menekan enter. Dan malangnya tidak ada pilihan undo di Keep. Maka musnahlah sudah semuanya. 

Ya sudahlah ya. Mungkin aku memang harus menutup lembaran kisah tahun ini dan segera membuka lembaran baru untuk masa kini. Sejujurnya tulisanku ini hanya untuk menyemarakkan tulisan akhir tahun 2014. Mengakhiri list postingan untuk tahun ini. 

Tidak usah khawatir, aku tidak akan mengecewakan kalian. Aku tetap akan menunjukkan kepada kalian unforgetable momentku selama 2014. Ini memori yang paling membekas di benakku. 

Banjir Jepara, Januari 2014.

Air masuk ke rumah pukul 02.00 WIIB. Saat itu aku dibangunkan Ibu dan mendapati kolong almariku sudah tergenang air.

Kami berusaha menyelamatkan barang berharga di rumah.

Lihatlah bagaimana banjir sukses mendekor ruang tamu rumahku.

Aku dan keluarga akhirnya menyerah pada keadaan dan pasrah ketika dievakuasi Tim SAR. 

Ini kondisi rumah tetangga depanku. Di hari pertama banjir, air sudah setinggi itu. Padahal banjir berlangsung selama seminggu. Tanpa ampun, air selalu naik tanpa surut sedikit pun.

Beberapa warga memilih tinggal di dalam rumah, meski air sudah setinggi dada.

Ini foto yang aku ambil dari teras pengungsian pertama. Air semakin naik, dan tempat pengungsian pun terancam. Akhirnya kami harus pindah ke pos pengungsian yang lain.

Aku sangat bersyukur berkesempatan hidup di pengungsian. Dengan begitu, aku dapat lebih menghargai limpahan air dan makanan yang selalu tersedia di rumah. Dan itu membuatku tak ingin menyia-nyiakan semuanya.

Ini kisah yang belum pernah aku ceritakan sebelumnya. Bukannya tidak ingin membagi, tapi aku benar-benar sudah disibukkan dengan pungutan puing-puing sisa banjir. Semua barang-barangku ludes dilahap banjir, termasuk koleksi bukuku. Aku bersikeras menyelamatkannya dari para pemasok barang loakan. Hampir 3 bulan aku memperbaiki kondisi buku-buku itu. Sekarang mereka sudah terpajang kembali di rak bukuku, walaupun agak sedikit bau.

Sekian dulu kilas balikku. Semoga dapat menambah wawasan dan pengalaman kalian. Yang pernah mengalami hal serupa, bisa share di commentbox ya!

4 komentar:

  1. yang tabah yaa. senyum!!!
    salam kenal yaa. kalo berkenan visit back ke katamiqhnur.com juga yaa...
    :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sekarang udah biasa aja kok. Udah bisa move on. Tp yaa masih agak trauma jg kalo lg ujan lebat. Okee. Kunjung balik, beres!

      Hapus
  2. yang sabar ya mba? semua pasti ada hikmahnya. itu banjir pertama atau gimana? k

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yap! Betul banget arima! Kalo kata orang, itu cara Tuhan biar kami renovasi rumah. Soalnya emang udah tua rumahnya. Haha

      Hapus

Pembaca Dermawan nulis komentar, Pembaca Sopan follow Ulfah Mey Lida's Blog, Pembaca Budiman nulis komentar dan follow Ulfah Mey Lida's Blog.